Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

Ini Hidup

Apasih sebenernya kata "kangen" itu? Rasanya itu seperti candu yang sekali disebut langsung berdampak ke-semua-nya. Kesemua organ yang membuat kondisi kian lemah dan semakin lama kita semakin merasa "iya yah kangen banget" percaya lah. Itu hanya mindest otak semata. Lalu berlanjut tersambung ke setiap sel-sel dalam otak merangkai sebuah memori di masa lalu, mulailah hati merasa kian "kangen" lalu dengan cepat tangan pun ikut merespon untuk memutar lagu-lagu yang memperkuat suasana "kangen" yang fanatic itu. Mungkin.. Akan di lanjut dengan air mata mengalir di wajah, atau juga terdengar raungan-raungan yang mirip dengan suara serigala berpacu kuda(?)  Oke, udah berapa lama sih hati kalian itu kosong? Oke semoga sih gapernah kosong melongpong kayak kacang polong bangetlah ya, inget masih ada Tuhan sang pemilik hati ini. Pertanyaan berikutnya adalah, se-besar apasih hati itu? , kalo hatinya sumpek kayak kamar kos-kosan 2x3 meter doang, gue harap

Tumbuhan (dan) Daun

Ternyata.. Baru saat ini aku m erasa benar benar tak pantas. Bagai tumbuhan dan daun, mereka mungkin masih saling membutuhkan, tapi kalupun daun itu gugur tak lantas pula buat tumbuhan mati kan? Dan bahkan di musim gugur sekalipun, tumbuhan tak pernah merasa kehilangan daun, karena apa? Karena ia yakin masih banyak seribu daun lagi yang akan tumbuh. Terlebih lagi yang gugur adalah daun yang telah kusam,kering dan membuat tumbuhan tak terlihat indah. Untuk apa dipertahnkan? Problema nya adalah, tumbuhn tak tahu bagaimana caranya agar si daun mau meninggalkannya, karena ia sebentar lagi akan segera tumbuh menjadi tumbuhan yang tinggi,indah,menawan dan harum. Tapi daun nampaknya enggan meninggalkannya, walaupun ia sadar tak pantas lagi bertahan pada sesuatu yang tak lagi menginginkannya. Sumpah di masa lalu terkadang membuat daun menyadari, bahwa yang dahulu takkan mungkin terulang. Lalu? Bagaimana sang tumbuhan kini menjalani hidupnya? , ya.. Dia sudah memiliki banyak daun yang indah

Asa yang Rapuh

Terlihat ragu aku melangkah dalam goyah Berlari kencang aku meninggalkan sesal dalam luka Terasa pilu rasa yang tak kunjung musnah Bagai tak tersentuh angin sejuk dalam surga Entah berpijak pada hati yang mana Jalanmu tak pernah bisa ku tebak Awalnya ku kira namaku sempat singgah dalam hatimu Tapi mungkin tak se-kuat namanya yang menghiasi dinding hatimu Bertahan bukanlah perkara mudah untuk hati yang goyah Tapi bayangmu terus memaksaku untuk terus menyimpannya walau setengah mati aku mencoba membunuhnya Matamu terkadang menarikku kembali masuk ke dalam dimensi yang terus membuatku sekarat Lelah aku berputar pada permainan ini, terkadang kau membuatku menyerah tapi terkadang pula kau membuatku bangkit dan seolah menikmati permainan yang kau mulai Bagai meniup kapas putih dalam udara, semakin aku berhembus bahagia semakin jauh pula kau meninggalkan hembusan nafasku. Memilih terbang bersama angin, tanpa pernah kau jawab dia atau aku Seperti tempat persinggahan.. Terkadang