Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Tak Tertahan Rindu

Gila. Mungkin itu yang bisa ku ungkapkan pada setiap perasaan yang begitu lama tertanam dalam diri ini. bagaimana mungkin aku bisa mengagumi sosok yang selama ini tak pernah sedikitpun mengenalku? Bagaimana mungkin aku begitu nyaman dengan kondisi seperti ini? nyaman bersembunyi dibalik kisah-kisah indah yang mungkin saja kau pun tak pernah merasakannya. Bagaimana mungkin aku bisa segila ini? aku rasa memang benar, aku tak bisa menggunakan logikaku untuk membencimu walaupun begitu banyak kejadian yang membuat hatiku begitu ringkih. Aku tak tahu, yang ingin aku tanyakan padamu, sudahkah aku sampai dipuncak rasa kagumku? Kagum yang tak pernah berharap untuk diketahui? Sudahkah aku sampai di titik tertinggi rasa sayangku? Disaat yang lainnya sibuk mencari pencitraan melalui banyak cara, aku disni hanya bisa merapal namamu berulang kali, dan bodohnya aku tak pernah memberikan sedikitpun jejakku. Aku sadar begitu bodohnya diriku, betapa rendahnya harga diriku , dan jangan bertanya pada

Tips Menulis Mudah

Banyak orang sukses yang berkata bahwa menulis itu memiliki banyak manfaat, banyak ilmu dan kenangan yang seolah-olah terulang kembali ketika kita memulai untuk membacanya(lagi) . tidak jarang orang sukses yang telah melalui proses kehidupan yang tinggi memiliki sutau keunikan atau ciri khas yang hampir sama, yaitu mereka suka menulis. Jujur, ketika saya ingin menerapkan dalam diri saya pribadi untuk senantiasa menulis, berbagai perasaan berkecambuk dipikiran saya. Karena memang untuk bisa membuat suatu karya tulisan, kita butuh materi atau yang lebih sederhananya kita butuh konsep. Perkenalkan sebelumnya, nama saya Shinta Melinda sekarang sedang menutut ilmu di universitas tersohor di Indonesia, yaitu Universitas Indonesia, saya angkatan tahun 2016 atau biasa disebut MABA yaitu Mahasiswa Baru. Saya berkecimpung di jurusan ilmu sejarah, tanpa saya jelaskan panjang lebar, pasti sudah terbayang betapa panjang dan banyaknya ilmu yang harus saya kuasai selama masa perkuliahan tersebut. Se

Selamat datang kembali

Selamat datang kembali Masih ingat beberapa waktu silam? Saat aku masih begitu lugu menerima pernyataan cintamu? Saat kamu pun masih lugu mengakui perasaanmu, masih ingatkah? Aku masih mengingatnya. Aku tak tahu sejak kapan aku mulai berharap. Ya, berharap kau masih memiliki perasaan yang sama seperti dulu.bodoh? Iya benar, aku terlihat bodoh. Dan entah dari mana datangnya, sekarang menjadi begitu dekat. jujur aku masih merasa takut, takut salah meletakan hatiku lagi. Aku memiliki kisah yang pilu, yang membuatku takut, begitu takut. Tapi perlahan, kehadiranmu mampu membuka jengkal demi jengkal ruang yang lama telah ku kunci, terkunci begitu rapat seperti tak berpenghuni dan kau mulai memasuki ruang itu. Masih terasa suasana dingin dan hampa yang menyergap. Ku akui masih banyak celah kekurangan pada diriku, tapi aku ingin memulainya dari awal, hanya perlu ajari aku, ajari aku dan bebaskan dari rasa takutku. Dingin. Aku tau terkadang sikapku dingin, tapi bukan berarti aku tak meng

Jenuh.

Saat udara dingin mencekit masuk ke rongga-rongga hidungku, mendatangkan beribu rasa dingin yang menyergap masuk melalui pori-pori kulit yang telah lama tak tersentuh rasa rindu. Apapun itu, berkata mengenai hati seperti kembali pada sebuah rantai yang saling terikat, mengait sangat kuat, setiap kali kucoba untuk melapskannya semakin sakit rasa permukaan telapak tanganku, serumit itukah setiap rasa cinta yang kurasa? Selalu berakhir pada sebuah rasa yang membuat hatiku sakit dan kembali memar? Adakah persepsi yang lebih baik selain cinta itu buta? Rasanya aku muak kalau harus menggubris persepsi itu, adapun yang singgah dalam hati hanyalah angin lalu yang begitu cepat untuk pergi, adakah yang lebih indah dari sebuah berharap? Saat kutampik setiap rasa yang singgah, saat itulah aku sadar begitu sulitnya untuk jadi yang dicinta. Terlalu curam rasanya melihat sosok yang jadi "pemeran utama" dalam persandiwaraan hatimu memilih hati yang lain untuk singgah Sempat datang membaw

bukan kepentingan

kali ini, aku akan menjawab segala keraguanmu tentang kita banyak teori yang tercipta demi mendeskripsikan sebuah kalimat sederhana, banyak pula yang menganggap deskripsi itu tergantung siapa dan dari sudut pandang yang mana, begitupula saat memilih, memilih untuk apa dan sejauh apa kepentingannya. aku tahu, point-point keraguanmu semakin bertambah seiring dengan perjalanan kaki kita bersama, semakin banyak mendominasi tiap-tiap lingkup otakmu yang sudah begitu kelut, terkadanhg hipotesa itu masuk dan sulit untuk disaring oleh akal sehatmu dan sulit kau temui bukti, kalaupun menemui bukti terkadang kau bingung, apakah itu kenyataan atau ilusi, benarkah? saat semua hipotesa itu memenuhi pikiran liarmu dan terkadang menemui jalan buntu, kau memilih untuk menikmati hidupmu dengan penuh kepalsuan? kau pernah berjalan pada labirin? yaitu tempat dimana kau melihat segala sesuatunya sama, sama-sama bisa terlihat tapi tak satupun bisa memberi tahumu petunjuk jalan keluar, entah apapun

Pilihan hati tak memerlukan strategi

Aku memilih tanpa strategi, hanya berpangku tangan pada keputusan hati. Terkesan tak peduli, tapi jauh di sanubari ada sebuah rasa gundah yang mengikuti Aku mencoba mengikuti jejak kaki, yang terkadang gentar saat mencoba menapaki Setiap warna yang ada pada pelangi, kadang tak sempat aku nikmati, karena begitu sibuk mencari jati diri Banyak yang mencoba menasihati, agar tak terlalu congkak diri, mau diapakan lagi, aku hanya mengikuti perkataan hati Sempat berfikir akan prestasi, yang sekian lama tak sempat aku miliki Setiap celoteh yang datang silih berganti tak pernah ku anggap sebagai belati, selalu saja ku coba untuk tak menggubris Setia pada pilihan memang sebuah prinsip, ingin mempertahankannya atau memilih untuk meninggalkan api saat telah berasap

Tapak kaki

Seberapa jauh aku melangkah? Belumlah jauh dari tapak kaki berpijak. Tergugah akan sebuah harap yang begitu tinggi, terlalu tinggi untuk sosok yang begitu rendah sepertiku, segala sesuatunya selalu dikait-kaitkan dengan resiko, selalu di tanamkan dalam ubun-ubun akan pahitnya sebuah kegagalan. Semakin sering memikirkannya, bertambahlah rasa takutku. Semua seperti kemelut langit di waktu senja. Penuh dengan gradasi warna yang padu, keelokannya indah terlihat, terlebih lagi dihiasi oleh burung-burung yang sibuk berkicau diatas awan, tapi semua itu akan bertahan lama? Tidak.. Malam mulai datang, mengusir tiap keindahan yang terjadi antara fajar dan senja, seakan tak terjadi apa apa , dan malamlah yang kemudian merajai waktu. Rasanya seperti dihempas angin, bedanya aku bukanlah burung yang bisa mengepakkan kedua sayapnya untuk bisa bertahan pada hempasan angin sekencang apapun. Kembali pada sesosok aku disini, mereka bilang "janganlah terlalu merendah" padahal aku tau, dibalik

politik jalan mati

Aku menjadi lakon dalam sebuah drama klasik yang tak pernah menarik Berupaya keras mewujudkan setiap hak yang terbilang klasik Sering disebut tak berguna, dan tak perlu ditanya Tentang   berbagai praduga yang merasuk pada jiwa, aku bukan sosok yang memiliki tahta Roda waktu terus menerkam, selalu dengan persoalan yang terbilang kelam Suaraku tercekik, begitu kering seperti saat musim paceklik Begitu banyak orang yang tak mengerti cara menghargai, hanya berpangku tangan pada kepemimpinan negeri tirani Asas demokrasi terus dijunjung tinggi. tapi, pada prakteknya semua hanya ilusi Banyak yang berkata politik bagaikan memilih jalan mati, kalau tak mau mati maka harus bagi-bagi Persoalan sambung menyambung suara sudah lama menjadi profesi, hanya saja terlalu banyak yang percaya pada pencuri Para petinggi selalu berkata “inilah tugas generasi selanjutnya” tak perlu ditampik, pada kenyatannya kami hanya dijadikan taktik agar kekuasaannya tak terusik Disaat banyak y