Saat udara dingin mencekit masuk ke rongga-rongga hidungku, mendatangkan beribu rasa dingin yang menyergap masuk melalui pori-pori kulit yang telah lama tak tersentuh rasa rindu. Apapun itu, berkata mengenai hati seperti kembali pada sebuah rantai yang saling terikat, mengait sangat kuat, setiap kali kucoba untuk melapskannya semakin sakit rasa permukaan telapak tanganku, serumit itukah setiap rasa cinta yang kurasa? Selalu berakhir pada sebuah rasa yang membuat hatiku sakit dan kembali memar? Adakah persepsi yang lebih baik selain cinta itu buta? Rasanya aku muak kalau harus menggubris persepsi itu, adapun yang singgah dalam hati hanyalah angin lalu yang begitu cepat untuk pergi, adakah yang lebih indah dari sebuah berharap? Saat kutampik setiap rasa yang singgah, saat itulah aku sadar begitu sulitnya untuk jadi yang dicinta. Terlalu curam rasanya melihat sosok yang jadi "pemeran utama" dalam persandiwaraan hatimu memilih hati yang lain untuk singgah Sempat datang membaw