Langsung ke konten utama

Ini Hidup

Apasih sebenernya kata "kangen" itu? Rasanya itu seperti candu yang sekali disebut langsung berdampak ke-semua-nya. Kesemua organ yang membuat kondisi kian lemah dan semakin lama kita semakin merasa "iya yah kangen banget" percaya lah. Itu hanya mindest otak semata. Lalu berlanjut tersambung ke setiap sel-sel dalam otak merangkai sebuah memori di masa lalu, mulailah hati merasa kian "kangen" lalu dengan cepat tangan pun ikut merespon untuk memutar lagu-lagu yang memperkuat suasana "kangen" yang fanatic itu.

Mungkin.. Akan di lanjut dengan air mata mengalir di wajah, atau juga terdengar raungan-raungan yang mirip dengan suara serigala berpacu kuda(?) 

Oke, udah berapa lama sih hati kalian itu kosong? Oke semoga sih gapernah kosong melongpong kayak kacang polong bangetlah ya, inget masih ada Tuhan sang pemilik hati ini.

Pertanyaan berikutnya adalah, se-besar apasih hati itu? , kalo hatinya sumpek kayak kamar kos-kosan 2x3 meter doang, gue harap sih mulailah cari hati yang lebih luas seluas lapangan yang selalu di bilang sama pujangga tentang hati yang "lapang" walaupun gue sendiri sih belum siap kalo hati di jadiin lapangan. Kasian .. Abis di injek-injek terus di tinggalin gitu aja. Terus lebih sakitnya lagi kalo ujan terus becek kan tuh, terus di bilang "hih kotor!" , hatinya dibilang kotor. Udeh nginjek-nginjek dibilang kotor.

gatau kenapa gue terlalu setia, bukannya memuji diri sendiri tapi ya begitu. Gue gakin pasti ada yang mirip-mirip atau mungkin kembar siam sama kisah gue.

Ya jadi begini...............

Begini.........

Gue itu udah sekitar 4 tahun stuck, muter muter kayak ikan mas koki di dalam akuarium yang udah keruh, megap-megap kayak kehabisan nafas tapi tiap orang yang ngeliat malah ketawa, katanya gue lucu-_-

Sedih sih, kalo ada kursus(les) untuk handal dalam "move on" gue mau ikut join, tapi belum ada.

Kenapa gue bisa stuck 4 tahun? Karena terlalu setia, ya itu problema gue. Padahal udah gak ada yang perlu di setia-in. Gue tau sih itu antara setia sama terlalu ngarep-_-

Mungkin tips untuk kalian yang punya kisah kembar sama kayak gue, searching sana sini gak ketemu-temu. Gue bakal kasih tau tipsnya untuk membuat hati yang tadinya hanya seukuran kamar kos-kosan jadi sebesar lapangan GBK  .

1. Lo harus tegas sama diri lo, kalo mau lanjut ya lanjut kalo ga kuat yaudah stop. Hati lu bukan benang layangan yang di tarik ulur tapi endingnya tetep aja putus nyangkut di kabel listrik

2. Stop stalk! , ya top survey paling paling tentang gagal move on itu karena nge-stalk. Kemungkinan 85% setiap kali lu ngestalk, lu keinget masa lalu terus mulailah.. Megap-megap kayak ikan mas koki

3. Cari doi baru, lu harus tau, se-enak apapun kondisi "jomblo" lu setelah masa-masa kelam dalam stuck di air keruh, cari doi kan ga mesti pacaran?

4. Ikhlasin aja, susah kalo lu masih nganggep dia yang paling the best. Udahlah.. Cinta yang berkualitas akan datang dalam kemapanan dan kemantapn hati, bukan pada hati yang terus tersakiti

5. Makan yang banyak. Lu harus banyak makan biar tetep keliatan happy dan tanpa masalah.coba lu bayangin kalo lo kurus, kerempeng, ketebas angin langsung jatoh. Jangan! Jangan terlihat lemah!

Oke itu 5 tips buat kalian, semoga bermanfaat dan jangan lupa niatkan dari awal untuk segera terbebas dari situasi kelam dalam kolam di air yang keruh ini.

See you...~~~~

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

mana yang lebih nyoke?

  agaknya bingung menghadapi orang yang nge-jude kita kalau kita itu nyoke! padahal mah dia sendiri yang Raja nyoke!  oke, secara teoritis nyoke itu sama halnya seperti bawel, ngomong mulu tapi omongannya gak guna! ya begitulah.  gimana yaah... gue disuruh sabar..sabar.. seolah-olah tuh ada kata-kata yang menari-nari bertuliskan "enak gak enak telen aje!" yap gitu. dan apa gue pernah protes untuk hal itu? nggak! mau rasa yang mane hah? asin?pait?asem? gue telen semua dapet gulanya jarang-jarang doang. tapi apa gue pernah protes? sedangkan anda? sedikit masalah saja sudah nyoke kemana-mana! wajar, anda manusia dan saya juga manusia tidak luput dari kesalahan, apa bedanya? hanya derajatnya saja, anda terlalu banyak MENUNTUT!  anda tipikal orang yang PENUNTUT?! sedangkan saya? tipikal orang yang TERPAKSA NURUT. kenapa?!! gak suka dibilang PENUNTUT? iye? nyoke-in aje gue lagi dah, bukannya gitu kebiasaan anda?. anda pernah merasakan jadi saya kan? yasudah! kenapa anda ma

Jarum di tumpukan jerami

Masih, Prasangka yang anda temui saat ini bukanlah yang sebenarnya, karena pada kenyataannya sulit bukan menemukan jarum di tumpukan jerami? Ya, anda tau persis berapa ukuran dan warna jarum yang sedang anda cari pada tumpukan jerami itu, tapi mengapa masih juga sulit menemukannya? Sama seperti mencari tiap bongkahan hati yang telah Anda rusak dan kini anda menghardik saya untuk mengembalikannya utuh? Lalu anda melenggang dengan mudah dan berseru " kau pasti bisa mencari jarum itu diantara tumpukan jerami, bukankah kau sosok yang kuat?" Cih... Jerami itu sama saja seperti perkataan anda, banyak dan menumpuk di sudut ladang dan siap untuk di bakar sehingga cepat, cepat menjadi abu lalu di jual oleh kakek paruh baya sebagai bahan untuk memoles peralatan rumah tangga. Merasa di butuhkan? Ya, benar anda masih sangat dibutuhkan. Tapi apakah harganya masih mahal? Seharusnya anda sadar jarum itu takkan pernah berubah Tapi sialnya..anda membuang tepat pada tumpukan jerami itu,

Pilihan hati tak memerlukan strategi

Aku memilih tanpa strategi, hanya berpangku tangan pada keputusan hati. Terkesan tak peduli, tapi jauh di sanubari ada sebuah rasa gundah yang mengikuti Aku mencoba mengikuti jejak kaki, yang terkadang gentar saat mencoba menapaki Setiap warna yang ada pada pelangi, kadang tak sempat aku nikmati, karena begitu sibuk mencari jati diri Banyak yang mencoba menasihati, agar tak terlalu congkak diri, mau diapakan lagi, aku hanya mengikuti perkataan hati Sempat berfikir akan prestasi, yang sekian lama tak sempat aku miliki Setiap celoteh yang datang silih berganti tak pernah ku anggap sebagai belati, selalu saja ku coba untuk tak menggubris Setia pada pilihan memang sebuah prinsip, ingin mempertahankannya atau memilih untuk meninggalkan api saat telah berasap