Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

I'm possible

Ketidak pastian tentang masa depan. Dulu.. Waktu gue masih kecil , gue sering ketemu anak SMA berpapasan di jalan dan gue mikir "kasian ya kakak itu, udah SMA umurnya berkurang" hahaa -_- . Dan sekarang gue diposisi anak SMA itu. Kalo di tivi masa SMA itu adalah masa mencari jati diri dan mencari kebahagiaan dengan cinta cinta anak alay -_- . Next~ Gue bingung gue akan jadi apa di masa depan.. Gue bingung gue mau kuliah dimana, mau kerja apa. Dan akankah gue bisa menjadi diri gue yang seutuhnya? Dan.. Bisa nggak ya gue mencapai semua target dalam hidup gue? Contoh sederhana. 1. Gue pengen kuliah di ITB jurusan manajemen bisnis yang dimana membutuhkan nilai yang sangat tinggi. Dan betapa gak tau dirinya gue ketika gue memilih untuk kuliah disana. You know lah~ gue gak jenius, nilai gak gede gede amat. Tapi ya gitu~ gue emang gatau diri. 2. Gue pengen kuliah diluar negeri. Ini juga sama, sama sama gak nyadar diri. Haha ya secara ya biaya hidup dan kuliah disana tuh mahal, 

Menuju profesor (eps 1)

Kalau ada pemilihan umum dan kau kandidatnya tanpa ragu jariku memilih.. Jika boleh aku utarakan idolaku pasti diriku tak meragukanmu.. Dan jika bisa otak-ku bicara pasti banyak sel otaku yang meneriakan namamu.. Dan jikalau ada cendekiawan dari golonganku yang berperan dalam hidupku pasti kaulah satu diantaranya.. Dan jikalau ada kesedihan yang kurasakan adalah disaat ku harus meng-ikhlaskanmu.. Maafkan atas tulisanku, atas tulisan lancang dan tak berbobot ini. Aku tak meng-agungkanmu. Bagaimana pun aku tau tulisanku kali ini salah. Prof.. Walaupun gelarmu masih dalam proses.. Tapi biarlah sebutan itu sebagai doaku untuk kelancaranmu dalam meraihnya. Aku tau sehalus kapas pun, namaku belom terukir dalam hatimu. Jangankan hatimu.. Aku yakin.. Matamu juga tak mengenaliku. Biarlah itu berlalu.. "walau tak lebih dari 3 detik pertemuan terakhir , bahkan.. Salam ku juga tak sempat kau jawab. Aku hanya ingin mengatakan terima kasih.."

(prolog) Melawan kenyataan

Apa yang kau lakukan ditengah tengah kemunafikan? Kau akan melawan dengan kekuatan yang kau miliki? Kau akan membasmi tiap racun hati yang menghampiri? Atau kau akan diam seperti jiwa yang tlah mati? Aku kini berada diposisi jiwa yang tlah mati. Aku merasakan diriku semakin munafik. Terkadang.. Aku bisa menjadi berarti disaat aku berkumpul pada golongan membutuhkan. Tapi terkadang pula.. Aku seperti noda yang membuat kotor dan bau sebuah bunga. Bisakah aku membeli tiap cacian mereka? Tiap cacian yang melambung ke langit ke tujuh lalu menujam hatiku. Dapatkah aku meraih tiap anganku yang semakin kabut? Aku mencari damai dalam diam, aku meruncingkan niat yang ku tanam, aku telan tiap cacian Percayalah.. semua hanya tinggal penantian. Aku tau aku tak berguna, bahkan mungkin lebih tak berguna daripada seekor babi di hutan, aku tau anganku tinggi, omonganku hanya emosi, dan.. Mungkin impianku hanya ilusi. Entah... Sudah berapa jiwa yang telah ku sakiti, telah berapa bendungan air mat