Langsung ke konten utama

Tumbuhan (dan) Daun

Ternyata.. Baru saat ini aku merasa benar benar tak pantas. Bagai tumbuhan dan daun, mereka mungkin masih saling membutuhkan, tapi kalupun daun itu gugur tak lantas pula buat tumbuhan mati kan?

Dan bahkan di musim gugur sekalipun, tumbuhan tak pernah merasa kehilangan daun, karena apa? Karena ia yakin masih banyak seribu daun lagi yang akan tumbuh. Terlebih lagi yang gugur adalah daun yang telah kusam,kering dan membuat tumbuhan tak terlihat indah. Untuk apa dipertahnkan?

Problema nya adalah, tumbuhn tak tahu bagaimana caranya agar si daun mau meninggalkannya, karena ia sebentar lagi akan segera tumbuh menjadi tumbuhan yang tinggi,indah,menawan dan harum. Tapi daun nampaknya enggan meninggalkannya, walaupun ia sadar tak pantas lagi bertahan pada sesuatu yang tak lagi menginginkannya.

Sumpah di masa lalu terkadang membuat daun menyadari, bahwa yang dahulu takkan mungkin terulang.

Lalu? Bagaimana sang tumbuhan kini menjalani hidupnya? , ya.. Dia sudah memiliki banyak daun yang indah,hiijau,serta mampu membuatnya percaya diri.

Lalu? Bagaimana dengan si daun?

Kini.. Ia telah gugur, diantara keringnya tanah tempat ia berada kini, tanpa ada yang mampu mengusir rasa gelisah hidupnya, tanpa tahu adakah sedikit rindu yang masih tersisa untuknya seperti dulu yang selalu jadi yang dirindukan.

Bersama air mata ini, daun pun hanya mampu berbisik dalam sanubari yang dalam . "panggilah aku lagi, selagi seribu daun yang kau miliki saat ini telah gugur meninggalkanmu, dan dalam kondisi sulitmu, bahkan jikalau aku harus tertiup angin , aku akan coba berbisik pada hujan, agar kau tetap tumbuh dan tak layu"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mana yang lebih nyoke?

  agaknya bingung menghadapi orang yang nge-jude kita kalau kita itu nyoke! padahal mah dia sendiri yang Raja nyoke!  oke, secara teoritis nyoke itu sama halnya seperti bawel, ngomong mulu tapi omongannya gak guna! ya begitulah.  gimana yaah... gue disuruh sabar..sabar.. seolah-olah tuh ada kata-kata yang menari-nari bertuliskan "enak gak enak telen aje!" yap gitu. dan apa gue pernah protes untuk hal itu? nggak! mau rasa yang mane hah? asin?pait?asem? gue telen semua dapet gulanya jarang-jarang doang. tapi apa gue pernah protes? sedangkan anda? sedikit masalah saja sudah nyoke kemana-mana! wajar, anda manusia dan saya juga manusia tidak luput dari kesalahan, apa bedanya? hanya derajatnya saja, anda terlalu banyak MENUNTUT!  anda tipikal orang yang PENUNTUT?! sedangkan saya? tipikal orang yang TERPAKSA NURUT. kenapa?!! gak suka dibilang PENUNTUT? iye? nyoke-in aje gue lagi dah, bukannya gitu kebiasaan anda?. anda pernah merasakan jadi saya kan? yasudah! kenapa anda ma

Jarum di tumpukan jerami

Masih, Prasangka yang anda temui saat ini bukanlah yang sebenarnya, karena pada kenyataannya sulit bukan menemukan jarum di tumpukan jerami? Ya, anda tau persis berapa ukuran dan warna jarum yang sedang anda cari pada tumpukan jerami itu, tapi mengapa masih juga sulit menemukannya? Sama seperti mencari tiap bongkahan hati yang telah Anda rusak dan kini anda menghardik saya untuk mengembalikannya utuh? Lalu anda melenggang dengan mudah dan berseru " kau pasti bisa mencari jarum itu diantara tumpukan jerami, bukankah kau sosok yang kuat?" Cih... Jerami itu sama saja seperti perkataan anda, banyak dan menumpuk di sudut ladang dan siap untuk di bakar sehingga cepat, cepat menjadi abu lalu di jual oleh kakek paruh baya sebagai bahan untuk memoles peralatan rumah tangga. Merasa di butuhkan? Ya, benar anda masih sangat dibutuhkan. Tapi apakah harganya masih mahal? Seharusnya anda sadar jarum itu takkan pernah berubah Tapi sialnya..anda membuang tepat pada tumpukan jerami itu,

Pilihan hati tak memerlukan strategi

Aku memilih tanpa strategi, hanya berpangku tangan pada keputusan hati. Terkesan tak peduli, tapi jauh di sanubari ada sebuah rasa gundah yang mengikuti Aku mencoba mengikuti jejak kaki, yang terkadang gentar saat mencoba menapaki Setiap warna yang ada pada pelangi, kadang tak sempat aku nikmati, karena begitu sibuk mencari jati diri Banyak yang mencoba menasihati, agar tak terlalu congkak diri, mau diapakan lagi, aku hanya mengikuti perkataan hati Sempat berfikir akan prestasi, yang sekian lama tak sempat aku miliki Setiap celoteh yang datang silih berganti tak pernah ku anggap sebagai belati, selalu saja ku coba untuk tak menggubris Setia pada pilihan memang sebuah prinsip, ingin mempertahankannya atau memilih untuk meninggalkan api saat telah berasap