Langsung ke konten utama

maaf miih

satu hal yg selama ini gue lakukan dan itu adalah pemikiran yg ter-amat bodoh. gue berfikir mamih "udah ga SAYANG gue lagi" bego luh shin mana mungkin, dan benar saja. ternyata dia masih begitu care sama gue, mungkin akhir-akhir ini memang terkesan cuek,acuh,tak peduli. tapi sekarang gue tahu, sebenernya dia msh perhatian banget sama gue, cuman gue nya aja yang gak pernah tahu. buktinya dia gamau sama sekali ngeliat gue sedih. pas gue bilang gue sangat sedih dia langsung menyalahkan dirinya yang telah membuat gue sedih. padahal gue sedih bukan karena dia, tapi karena diri gue sendiri. tapi nampaknya dia benar-benar gak pengen negliat gue sedih sedikitpun, hingga akhirnya dia marah besar ketika mengetahui tindakannya membuat gue sedih, padahal bukan karena dia. berulang kali gue minta maaf sama mamih tapi nampaknya dia sudah benar-benar kapok lantaran sikapnya membuat gue nangis. dan dia berjanji pada drinya untuk tidak memberitahu hal-hal yg memancing kesedihan gue, yang berulang kali juga gue jelasin. gue aedih bukan karena dia tapi karena diri gue sendiri. namun dia tetap keukeuh, dan marah sama gue. gue gamau hal ini terjadi, gue gamau... mamih, maaf yaaa, aku janji deh gak sedih lagi beneran mih.. tapi mamih maafin aku, aku tahu mamih paling gabisa ngeliat anak sedih aku tahu mih. tapi sungguh mih aku nangis bukan karena mamih bukan mih bukan. mih, maafin aku mih aku yang salah mih, aku gamau mamih jauh dari aku lagi mih. harus dengan apa mamih bisa maafin aku?? bilang mih, bilang.. aku sayang sama mamih, pliiss mamih jangan marah sama aku yaaaaahhh :'(

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mana yang lebih nyoke?

  agaknya bingung menghadapi orang yang nge-jude kita kalau kita itu nyoke! padahal mah dia sendiri yang Raja nyoke!  oke, secara teoritis nyoke itu sama halnya seperti bawel, ngomong mulu tapi omongannya gak guna! ya begitulah.  gimana yaah... gue disuruh sabar..sabar.. seolah-olah tuh ada kata-kata yang menari-nari bertuliskan "enak gak enak telen aje!" yap gitu. dan apa gue pernah protes untuk hal itu? nggak! mau rasa yang mane hah? asin?pait?asem? gue telen semua dapet gulanya jarang-jarang doang. tapi apa gue pernah protes? sedangkan anda? sedikit masalah saja sudah nyoke kemana-mana! wajar, anda manusia dan saya juga manusia tidak luput dari kesalahan, apa bedanya? hanya derajatnya saja, anda terlalu banyak MENUNTUT!  anda tipikal orang yang PENUNTUT?! sedangkan saya? tipikal orang yang TERPAKSA NURUT. kenapa?!! gak suka dibilang PENUNTUT? iye? nyoke-in aje gue lagi dah, bukannya gitu kebiasaan anda?. anda pernah merasakan jadi saya kan? yasudah! kenapa anda ma

Jarum di tumpukan jerami

Masih, Prasangka yang anda temui saat ini bukanlah yang sebenarnya, karena pada kenyataannya sulit bukan menemukan jarum di tumpukan jerami? Ya, anda tau persis berapa ukuran dan warna jarum yang sedang anda cari pada tumpukan jerami itu, tapi mengapa masih juga sulit menemukannya? Sama seperti mencari tiap bongkahan hati yang telah Anda rusak dan kini anda menghardik saya untuk mengembalikannya utuh? Lalu anda melenggang dengan mudah dan berseru " kau pasti bisa mencari jarum itu diantara tumpukan jerami, bukankah kau sosok yang kuat?" Cih... Jerami itu sama saja seperti perkataan anda, banyak dan menumpuk di sudut ladang dan siap untuk di bakar sehingga cepat, cepat menjadi abu lalu di jual oleh kakek paruh baya sebagai bahan untuk memoles peralatan rumah tangga. Merasa di butuhkan? Ya, benar anda masih sangat dibutuhkan. Tapi apakah harganya masih mahal? Seharusnya anda sadar jarum itu takkan pernah berubah Tapi sialnya..anda membuang tepat pada tumpukan jerami itu,

Pilihan hati tak memerlukan strategi

Aku memilih tanpa strategi, hanya berpangku tangan pada keputusan hati. Terkesan tak peduli, tapi jauh di sanubari ada sebuah rasa gundah yang mengikuti Aku mencoba mengikuti jejak kaki, yang terkadang gentar saat mencoba menapaki Setiap warna yang ada pada pelangi, kadang tak sempat aku nikmati, karena begitu sibuk mencari jati diri Banyak yang mencoba menasihati, agar tak terlalu congkak diri, mau diapakan lagi, aku hanya mengikuti perkataan hati Sempat berfikir akan prestasi, yang sekian lama tak sempat aku miliki Setiap celoteh yang datang silih berganti tak pernah ku anggap sebagai belati, selalu saja ku coba untuk tak menggubris Setia pada pilihan memang sebuah prinsip, ingin mempertahankannya atau memilih untuk meninggalkan api saat telah berasap