Langsung ke konten utama

mungkinkah??

hmmm jam berapa ini? yap! jam 01.00, diawal bulan ramadhan. dan entah kenapa gue bertahan online padahal udah jam segini, dan dulu gue inget banget. di malam ini, diawal ramadhan tahun lalu semuanyaa rasanya indaaah sekalai. so sweet banget deh pokoknya. percakapannya singkat hanya sebatas chatting tapi dampaknya besar. sampai gue gabisa menahan haru yang begitu teraamat. dan entah mengapa, malam ini gue agak sedih sedikit. dan beertanya-tanya mungkin gak sug semuanya terulang lagi? maaf gue gabisa jelasin kejadian dan percakapan apa yang terjadi di dalam chattingan itu. krn itu terlalu privacy buat gue. dan ketika gue online lalu gak sengaja ngelirik ke arah obrolan dan gue liat dia online. gue sengaja gamau nyapa soalnya tadi siang sms gue berhenti di dia. kan gaenak klo gue nyapa dia duluan, nanti gue disangka kepo lagi-_-
"sahuur..sahuurr hehe" begitu pesan yang tertera dalam kolom obrolan
"beluumm" jawab gue
"gpp, cuma ngingetin doang. nih fb error mulu, bisa dibuka kalau subuh2 kan bikin pala pusing" balasnya
"jadi bangun cuma gara-gara fb doanng? haha" jawab gue
"gak juga sih, tdi jam 9 udah tidur terus terbangun tadi karena mau ingetin kamu sahur" balasnya. gue sempet berfikir mungkinkah dia masih peduli sama gue? mungkinkah kejadian setahun lalu terulang kembali? untuk meyakinkan gue nekad bertanya.
"ciiee, inget sama aku. kirain udah lupa"  bales gue yang setengah meledek
"ya gaklah. krn aku tahu kamu masih melek jam segini" balasnya. dan seketika aku mengernyitkan kening lantaran bingung. entah apa yang gue pikirkan yang pasti absurd banget. :(

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mana yang lebih nyoke?

  agaknya bingung menghadapi orang yang nge-jude kita kalau kita itu nyoke! padahal mah dia sendiri yang Raja nyoke!  oke, secara teoritis nyoke itu sama halnya seperti bawel, ngomong mulu tapi omongannya gak guna! ya begitulah.  gimana yaah... gue disuruh sabar..sabar.. seolah-olah tuh ada kata-kata yang menari-nari bertuliskan "enak gak enak telen aje!" yap gitu. dan apa gue pernah protes untuk hal itu? nggak! mau rasa yang mane hah? asin?pait?asem? gue telen semua dapet gulanya jarang-jarang doang. tapi apa gue pernah protes? sedangkan anda? sedikit masalah saja sudah nyoke kemana-mana! wajar, anda manusia dan saya juga manusia tidak luput dari kesalahan, apa bedanya? hanya derajatnya saja, anda terlalu banyak MENUNTUT!  anda tipikal orang yang PENUNTUT?! sedangkan saya? tipikal orang yang TERPAKSA NURUT. kenapa?!! gak suka dibilang PENUNTUT? iye? nyoke-in aje gue lagi dah, bukannya gitu kebiasaan anda?. anda pernah merasakan jadi saya kan? yasudah! kenapa anda ma

Jarum di tumpukan jerami

Masih, Prasangka yang anda temui saat ini bukanlah yang sebenarnya, karena pada kenyataannya sulit bukan menemukan jarum di tumpukan jerami? Ya, anda tau persis berapa ukuran dan warna jarum yang sedang anda cari pada tumpukan jerami itu, tapi mengapa masih juga sulit menemukannya? Sama seperti mencari tiap bongkahan hati yang telah Anda rusak dan kini anda menghardik saya untuk mengembalikannya utuh? Lalu anda melenggang dengan mudah dan berseru " kau pasti bisa mencari jarum itu diantara tumpukan jerami, bukankah kau sosok yang kuat?" Cih... Jerami itu sama saja seperti perkataan anda, banyak dan menumpuk di sudut ladang dan siap untuk di bakar sehingga cepat, cepat menjadi abu lalu di jual oleh kakek paruh baya sebagai bahan untuk memoles peralatan rumah tangga. Merasa di butuhkan? Ya, benar anda masih sangat dibutuhkan. Tapi apakah harganya masih mahal? Seharusnya anda sadar jarum itu takkan pernah berubah Tapi sialnya..anda membuang tepat pada tumpukan jerami itu,

Pilihan hati tak memerlukan strategi

Aku memilih tanpa strategi, hanya berpangku tangan pada keputusan hati. Terkesan tak peduli, tapi jauh di sanubari ada sebuah rasa gundah yang mengikuti Aku mencoba mengikuti jejak kaki, yang terkadang gentar saat mencoba menapaki Setiap warna yang ada pada pelangi, kadang tak sempat aku nikmati, karena begitu sibuk mencari jati diri Banyak yang mencoba menasihati, agar tak terlalu congkak diri, mau diapakan lagi, aku hanya mengikuti perkataan hati Sempat berfikir akan prestasi, yang sekian lama tak sempat aku miliki Setiap celoteh yang datang silih berganti tak pernah ku anggap sebagai belati, selalu saja ku coba untuk tak menggubris Setia pada pilihan memang sebuah prinsip, ingin mempertahankannya atau memilih untuk meninggalkan api saat telah berasap