Langsung ke konten utama

serpihan hati

andaikata kita sehati? masihkah kau memungkiri?
andaikata kita seiman? masih juga kah kau mumungkiri?

andaikata perbedaan kita banyak, namun tak berbeda akidah? aku yakin dirikupun tak memungkirinya.
kalu ku berkata "aku menyukaimu, tapi aku tak ingin memilikimu". mengertikah kau maksudku?
kasat mata kau hanya menafsirkan dengan mudah "yap, aku mengerti maksudmu, rasa sukamu hanyalah sebatas suka tak lebih dari itu, benarkan?" jawabmu dalam diam. namun kau salah, pernah kah kau tahu? perkataanku tadi bohong? yah benar-benar bohong? apa kau tahu? sedikit apapun rasa ingin "memiliki" pasti ada. namun kau tak pernah mengerti. ada orang yang berkata " jadikanlah perbedaan menjadi sesuatu jembatan untuk bersatu" tapi berlakukah istilah itu untuk "kita"? yah "kita" aku dan kamu yang saling menyimpan rasa namun terhalang benteng yang begitu tinggi. aku sudah mencoba melupakanmu, namun bodohnya aku malah membiarkan, yah membiarkan hatiku di grgoti oleh rasa rindu pada sebuah nama, nama sederhana namun berarti yaitu "kamu". bila kau menyukai yang lain, silahkan namun tak kupungkiri juga ku sakit hati. benarkah lagu "just the way you are" itu berlaku untuk kita?benarkah? aku menginginkanmu seiman denganku dan aku punya beberapa kriteria dan kuyakin kaupun serupa, lantas? berlakukah??. 

kau berkata "benarkah kau menyukai ku?" 
ku menjawab " yah, tapi hanya sebatas itu, tak lebih" tanpa sadar akupun menangis...
kau menjawab "mengapa?" mengapa kau menyukaiku? bukankah kita berbeda akidah? bukan aku yang seharusnya kau suka" sungguh dadaku terasa sesak

aku memaksa diriku untuk "MOVE ON" namun hati dan logika ku berdebat.
logika ku : "memangnya kau siapanya? kekasih? pacar? bukankan? lantas? untuk apa kau move on??
hatiku: " memang aku bukanlah siapa-siapa mu, namun hatiku milikmu" 

mungkin ini yang terbaik, yah mungkin~ 
aku menyukaimu dan kau? entah aku tak tahu tetang perasaanmu padaku

berharap semua ini musnah
hanyalah tinggal sebuah kisah
namun bayangmu tetap tersisa
memberiku sentuhan pedih terasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mana yang lebih nyoke?

  agaknya bingung menghadapi orang yang nge-jude kita kalau kita itu nyoke! padahal mah dia sendiri yang Raja nyoke!  oke, secara teoritis nyoke itu sama halnya seperti bawel, ngomong mulu tapi omongannya gak guna! ya begitulah.  gimana yaah... gue disuruh sabar..sabar.. seolah-olah tuh ada kata-kata yang menari-nari bertuliskan "enak gak enak telen aje!" yap gitu. dan apa gue pernah protes untuk hal itu? nggak! mau rasa yang mane hah? asin?pait?asem? gue telen semua dapet gulanya jarang-jarang doang. tapi apa gue pernah protes? sedangkan anda? sedikit masalah saja sudah nyoke kemana-mana! wajar, anda manusia dan saya juga manusia tidak luput dari kesalahan, apa bedanya? hanya derajatnya saja, anda terlalu banyak MENUNTUT!  anda tipikal orang yang PENUNTUT?! sedangkan saya? tipikal orang yang TERPAKSA NURUT. kenapa?!! gak suka dibilang PENUNTUT? iye? nyoke-in aje gue lagi dah, bukannya gitu kebiasaan anda?. anda pernah merasakan jadi saya kan? yasudah! kenapa anda ma

Jarum di tumpukan jerami

Masih, Prasangka yang anda temui saat ini bukanlah yang sebenarnya, karena pada kenyataannya sulit bukan menemukan jarum di tumpukan jerami? Ya, anda tau persis berapa ukuran dan warna jarum yang sedang anda cari pada tumpukan jerami itu, tapi mengapa masih juga sulit menemukannya? Sama seperti mencari tiap bongkahan hati yang telah Anda rusak dan kini anda menghardik saya untuk mengembalikannya utuh? Lalu anda melenggang dengan mudah dan berseru " kau pasti bisa mencari jarum itu diantara tumpukan jerami, bukankah kau sosok yang kuat?" Cih... Jerami itu sama saja seperti perkataan anda, banyak dan menumpuk di sudut ladang dan siap untuk di bakar sehingga cepat, cepat menjadi abu lalu di jual oleh kakek paruh baya sebagai bahan untuk memoles peralatan rumah tangga. Merasa di butuhkan? Ya, benar anda masih sangat dibutuhkan. Tapi apakah harganya masih mahal? Seharusnya anda sadar jarum itu takkan pernah berubah Tapi sialnya..anda membuang tepat pada tumpukan jerami itu,

Pilihan hati tak memerlukan strategi

Aku memilih tanpa strategi, hanya berpangku tangan pada keputusan hati. Terkesan tak peduli, tapi jauh di sanubari ada sebuah rasa gundah yang mengikuti Aku mencoba mengikuti jejak kaki, yang terkadang gentar saat mencoba menapaki Setiap warna yang ada pada pelangi, kadang tak sempat aku nikmati, karena begitu sibuk mencari jati diri Banyak yang mencoba menasihati, agar tak terlalu congkak diri, mau diapakan lagi, aku hanya mengikuti perkataan hati Sempat berfikir akan prestasi, yang sekian lama tak sempat aku miliki Setiap celoteh yang datang silih berganti tak pernah ku anggap sebagai belati, selalu saja ku coba untuk tak menggubris Setia pada pilihan memang sebuah prinsip, ingin mempertahankannya atau memilih untuk meninggalkan api saat telah berasap