Langsung ke konten utama

surat lagi :)

              aku bergegas cepat-cepat , memastikan bola mata terpasang dengan benar. dari kejauhan aku mencari-cari. menyisir tiap sudut mata berharap menemukan matamu yang indah. 3 detik...5detik...
              "ah! itu dia" aku langsung tersenyum sumringah, ah tak ada beda kau tetap menawan. kau menggunakan kaos putih bernamakan club sepak bola. oohh! tambah menawan kau. 

           aku memperhatikan gerak-gerikmu dari sisi ku tersendiri berkedippun rasanya sayang bila terlewatkan begitu saja. disana terlihat sekali kau sebagai senior untuk adek-adek kelas mu itu, awalnya kau duduk namun akhirnya kaupun bermain. itulah yang kutunggu. 

            kau berlomba-lomba untuk menciptakan point dan gaya yang indah, bukan hanya sekedar point saja seperti orang matarin spertiku ini, kau menggunakan gaya yang....yaa.... cukup keren untukku.aku tak tahu kau melihatku ataupun tidak, tak penting juga itu untukku. bukan itu yang kumau. aku hanya kagum! sudah! cukup! tak lebih! 

             bagaimana kabarmu? haha sudah temukan yang barukah? atau mungkin... cap "playboy" mu masih melekat? haha. yayya aku tak berhak atas dirimu, itu urusanmu, aku tak tahu menau masalah itu. 
              bagaimana? haha bagaimana dengan kesibukanmu saat ini? ku yakin sudah sibuk sekali.
              bagaimana? masih mau gonta-ganti pacar setelah kau "bersumpah" nanti? aku harap kau tak mengingkarinya ya... karena kan itu kemaunamu, mau juga dong "bersumpah" dan "menepatinya"? jangan omdo lah ya... ! yo! baik baik yoooo. bye...


                                                                         siapalagi kalau bukan saya juga. 

          

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mana yang lebih nyoke?

  agaknya bingung menghadapi orang yang nge-jude kita kalau kita itu nyoke! padahal mah dia sendiri yang Raja nyoke!  oke, secara teoritis nyoke itu sama halnya seperti bawel, ngomong mulu tapi omongannya gak guna! ya begitulah.  gimana yaah... gue disuruh sabar..sabar.. seolah-olah tuh ada kata-kata yang menari-nari bertuliskan "enak gak enak telen aje!" yap gitu. dan apa gue pernah protes untuk hal itu? nggak! mau rasa yang mane hah? asin?pait?asem? gue telen semua dapet gulanya jarang-jarang doang. tapi apa gue pernah protes? sedangkan anda? sedikit masalah saja sudah nyoke kemana-mana! wajar, anda manusia dan saya juga manusia tidak luput dari kesalahan, apa bedanya? hanya derajatnya saja, anda terlalu banyak MENUNTUT!  anda tipikal orang yang PENUNTUT?! sedangkan saya? tipikal orang yang TERPAKSA NURUT. kenapa?!! gak suka dibilang PENUNTUT? iye? nyoke-in aje gue lagi dah, bukannya gitu kebiasaan anda?. anda pernah merasakan jadi saya kan? yasudah! kenapa anda ma

Jarum di tumpukan jerami

Masih, Prasangka yang anda temui saat ini bukanlah yang sebenarnya, karena pada kenyataannya sulit bukan menemukan jarum di tumpukan jerami? Ya, anda tau persis berapa ukuran dan warna jarum yang sedang anda cari pada tumpukan jerami itu, tapi mengapa masih juga sulit menemukannya? Sama seperti mencari tiap bongkahan hati yang telah Anda rusak dan kini anda menghardik saya untuk mengembalikannya utuh? Lalu anda melenggang dengan mudah dan berseru " kau pasti bisa mencari jarum itu diantara tumpukan jerami, bukankah kau sosok yang kuat?" Cih... Jerami itu sama saja seperti perkataan anda, banyak dan menumpuk di sudut ladang dan siap untuk di bakar sehingga cepat, cepat menjadi abu lalu di jual oleh kakek paruh baya sebagai bahan untuk memoles peralatan rumah tangga. Merasa di butuhkan? Ya, benar anda masih sangat dibutuhkan. Tapi apakah harganya masih mahal? Seharusnya anda sadar jarum itu takkan pernah berubah Tapi sialnya..anda membuang tepat pada tumpukan jerami itu,

Pilihan hati tak memerlukan strategi

Aku memilih tanpa strategi, hanya berpangku tangan pada keputusan hati. Terkesan tak peduli, tapi jauh di sanubari ada sebuah rasa gundah yang mengikuti Aku mencoba mengikuti jejak kaki, yang terkadang gentar saat mencoba menapaki Setiap warna yang ada pada pelangi, kadang tak sempat aku nikmati, karena begitu sibuk mencari jati diri Banyak yang mencoba menasihati, agar tak terlalu congkak diri, mau diapakan lagi, aku hanya mengikuti perkataan hati Sempat berfikir akan prestasi, yang sekian lama tak sempat aku miliki Setiap celoteh yang datang silih berganti tak pernah ku anggap sebagai belati, selalu saja ku coba untuk tak menggubris Setia pada pilihan memang sebuah prinsip, ingin mempertahankannya atau memilih untuk meninggalkan api saat telah berasap