Langsung ke konten utama

Ke-sekian kalinya Flasback

entah angin dari mana, entah peristiwa apalagi.. mengingat kenangan bersamamu itu indah sekaligus ironi

aku masih ingat saat pertama kali aku melihatmu dengan tatapan aneh serta "gak banget" 

    aku masih ingat saat pagi-pagi kau datang ke-sekolah dengan raut wajah yang datar....
    aku masih ingat saat kau tatap mataku dalam-dalam ketika di kantin...
   aku masih ingat pada saat kita telat masuk sekolah bareng...
   aku juga masih ingat saat kau menggenggam Al-kitab di tanganmu dan aku memeluk Al-Qur'an dengan erat dan kita memisahkan diri untuk menerima siraman Rohani yang berbeda...
   aku masih ingat saat ku melihat kau bermain bola dari celah-celah tembok lantai atas...dan kau bertanya "tadi kau melihatku main bola kan?" dan aku menjawab "tidak"
    aku masih ingat saat aku berlari mengelilingi lapangan, dan saat itu juga mata kita bertemu...
    aku masih ingat saat kau mengucap "good night yaa.. semoga mimpiin gue.hahhaha" 
    aku masih ingat saat real madrid dan barcelona bertemu..
     aku masih ingat saat kita bertengkar karena kita berbeda pendapat dan saling egois.


terlalu gengsi bila aku bilang "aku merindukanmu". tapi itu dulu, ya dulu. kalau sekarang? ah sudah tidak ada harapan lagi, kadang mau menyesal pun sulit, tapi ...... ah sudahlah. kadang melihat tingkah laku dan lukisan tulisanmu kini, malah lebih sering menyakitkan. entah mungkin ini caramu untuk menjauh.. seharusnya aku sadar Tasbih dan Salib tidak sama !

melupakan itu sulit, sama sulitnya seperti kamu yang masih mengharapkan mantanmu, yang malah sudah longlast 3 tahun sama yang lain. 

we're different ~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mana yang lebih nyoke?

  agaknya bingung menghadapi orang yang nge-jude kita kalau kita itu nyoke! padahal mah dia sendiri yang Raja nyoke!  oke, secara teoritis nyoke itu sama halnya seperti bawel, ngomong mulu tapi omongannya gak guna! ya begitulah.  gimana yaah... gue disuruh sabar..sabar.. seolah-olah tuh ada kata-kata yang menari-nari bertuliskan "enak gak enak telen aje!" yap gitu. dan apa gue pernah protes untuk hal itu? nggak! mau rasa yang mane hah? asin?pait?asem? gue telen semua dapet gulanya jarang-jarang doang. tapi apa gue pernah protes? sedangkan anda? sedikit masalah saja sudah nyoke kemana-mana! wajar, anda manusia dan saya juga manusia tidak luput dari kesalahan, apa bedanya? hanya derajatnya saja, anda terlalu banyak MENUNTUT!  anda tipikal orang yang PENUNTUT?! sedangkan saya? tipikal orang yang TERPAKSA NURUT. kenapa?!! gak suka dibilang PENUNTUT? iye? nyoke-in aje gue lagi dah, bukannya gitu kebiasaan anda?. anda pernah merasakan jadi saya kan? yasudah! kenapa anda ma

Jarum di tumpukan jerami

Masih, Prasangka yang anda temui saat ini bukanlah yang sebenarnya, karena pada kenyataannya sulit bukan menemukan jarum di tumpukan jerami? Ya, anda tau persis berapa ukuran dan warna jarum yang sedang anda cari pada tumpukan jerami itu, tapi mengapa masih juga sulit menemukannya? Sama seperti mencari tiap bongkahan hati yang telah Anda rusak dan kini anda menghardik saya untuk mengembalikannya utuh? Lalu anda melenggang dengan mudah dan berseru " kau pasti bisa mencari jarum itu diantara tumpukan jerami, bukankah kau sosok yang kuat?" Cih... Jerami itu sama saja seperti perkataan anda, banyak dan menumpuk di sudut ladang dan siap untuk di bakar sehingga cepat, cepat menjadi abu lalu di jual oleh kakek paruh baya sebagai bahan untuk memoles peralatan rumah tangga. Merasa di butuhkan? Ya, benar anda masih sangat dibutuhkan. Tapi apakah harganya masih mahal? Seharusnya anda sadar jarum itu takkan pernah berubah Tapi sialnya..anda membuang tepat pada tumpukan jerami itu,

Pilihan hati tak memerlukan strategi

Aku memilih tanpa strategi, hanya berpangku tangan pada keputusan hati. Terkesan tak peduli, tapi jauh di sanubari ada sebuah rasa gundah yang mengikuti Aku mencoba mengikuti jejak kaki, yang terkadang gentar saat mencoba menapaki Setiap warna yang ada pada pelangi, kadang tak sempat aku nikmati, karena begitu sibuk mencari jati diri Banyak yang mencoba menasihati, agar tak terlalu congkak diri, mau diapakan lagi, aku hanya mengikuti perkataan hati Sempat berfikir akan prestasi, yang sekian lama tak sempat aku miliki Setiap celoteh yang datang silih berganti tak pernah ku anggap sebagai belati, selalu saja ku coba untuk tak menggubris Setia pada pilihan memang sebuah prinsip, ingin mempertahankannya atau memilih untuk meninggalkan api saat telah berasap