Langsung ke konten utama

KONFLIK BATIN

                     Dalam segala persepsimu, aku dituntut untuk bisa mengertimu, dalam hal apapun itu. hey? memangnya kau siapa ku? meminta untuk ditemani kesana-sini, tanpa memikirkan kebahagiaan ku? . aku menerima segala kekurangan dan kelebihanmu, tapi kau? dengan enak mengejeku diantara yang lain. kau fikir itu sahabat? mungkin aku akan berfikir beribu-ribu kali mengenai kata "sahabat" itu. kau sedikit tersinggung saja, amarahmu langsung mencuat-cuat. aku? memangnya kau yakin tak pernah menyakiti aku? aku sering tersinggung oleh kata-katamu, tapi apa aku tunjukan semua itu? karena aku masih punya HATI. jujur saja akuseperti dikurung di sangkar burung yang tak berhak bebas!.liberalis. 
               bahkan dalam saat-saat terakhir ku ingin bahagia sepenuhnya saja masih kau atur-atur! mungkin kau harus mencari sahabat yang baru yang benar-benar bisa tahan denganmu, maaf aku bukan sahabat yang baik untukmu. aku lelah.. aku ingin bahagia dengan duniaku, tanpa ada rengekan rengekan mu yang terpaksa aku harus pedulikan dan melupakan kebahagiaanku. aku tahu mungkin ini terlalu jahat, tapi please biarkanku bahagia. 

                kau harus tahu, tidak selamanya apa yang kau inginkan akan terwujud, namun anggap saja aku adalah anugerah dari Tuhan yang mewujudkan keinginanmu.    

                ibarat pasir, semakin kau genggam dengan erat, semakin keras pula keinginan pasir itu untuk melepaskan diri dari genggamanmu. aku rasa kau perlu merenung...sekali-kali merenung perasaan orang lain, tidak dengan emosi ketika kau membaca ini, aku yakin kau seseorang yang memiliki perasaan yang tinggi, tanpa dibilang secara detail sekalipun. aku harap kau mengerti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mana yang lebih nyoke?

  agaknya bingung menghadapi orang yang nge-jude kita kalau kita itu nyoke! padahal mah dia sendiri yang Raja nyoke!  oke, secara teoritis nyoke itu sama halnya seperti bawel, ngomong mulu tapi omongannya gak guna! ya begitulah.  gimana yaah... gue disuruh sabar..sabar.. seolah-olah tuh ada kata-kata yang menari-nari bertuliskan "enak gak enak telen aje!" yap gitu. dan apa gue pernah protes untuk hal itu? nggak! mau rasa yang mane hah? asin?pait?asem? gue telen semua dapet gulanya jarang-jarang doang. tapi apa gue pernah protes? sedangkan anda? sedikit masalah saja sudah nyoke kemana-mana! wajar, anda manusia dan saya juga manusia tidak luput dari kesalahan, apa bedanya? hanya derajatnya saja, anda terlalu banyak MENUNTUT!  anda tipikal orang yang PENUNTUT?! sedangkan saya? tipikal orang yang TERPAKSA NURUT. kenapa?!! gak suka dibilang PENUNTUT? iye? nyoke-in aje gue lagi dah, bukannya gitu kebiasaan anda?. anda pernah merasakan jadi saya kan? yasudah! kenapa anda ma

Jarum di tumpukan jerami

Masih, Prasangka yang anda temui saat ini bukanlah yang sebenarnya, karena pada kenyataannya sulit bukan menemukan jarum di tumpukan jerami? Ya, anda tau persis berapa ukuran dan warna jarum yang sedang anda cari pada tumpukan jerami itu, tapi mengapa masih juga sulit menemukannya? Sama seperti mencari tiap bongkahan hati yang telah Anda rusak dan kini anda menghardik saya untuk mengembalikannya utuh? Lalu anda melenggang dengan mudah dan berseru " kau pasti bisa mencari jarum itu diantara tumpukan jerami, bukankah kau sosok yang kuat?" Cih... Jerami itu sama saja seperti perkataan anda, banyak dan menumpuk di sudut ladang dan siap untuk di bakar sehingga cepat, cepat menjadi abu lalu di jual oleh kakek paruh baya sebagai bahan untuk memoles peralatan rumah tangga. Merasa di butuhkan? Ya, benar anda masih sangat dibutuhkan. Tapi apakah harganya masih mahal? Seharusnya anda sadar jarum itu takkan pernah berubah Tapi sialnya..anda membuang tepat pada tumpukan jerami itu,

Pilihan hati tak memerlukan strategi

Aku memilih tanpa strategi, hanya berpangku tangan pada keputusan hati. Terkesan tak peduli, tapi jauh di sanubari ada sebuah rasa gundah yang mengikuti Aku mencoba mengikuti jejak kaki, yang terkadang gentar saat mencoba menapaki Setiap warna yang ada pada pelangi, kadang tak sempat aku nikmati, karena begitu sibuk mencari jati diri Banyak yang mencoba menasihati, agar tak terlalu congkak diri, mau diapakan lagi, aku hanya mengikuti perkataan hati Sempat berfikir akan prestasi, yang sekian lama tak sempat aku miliki Setiap celoteh yang datang silih berganti tak pernah ku anggap sebagai belati, selalu saja ku coba untuk tak menggubris Setia pada pilihan memang sebuah prinsip, ingin mempertahankannya atau memilih untuk meninggalkan api saat telah berasap