Langsung ke konten utama

Untiteld

hari pertama di kelas yang baru, memilih satu pilihan yang sudah didambakan sejak lama, aku masuk kelas social, meski banyak polemik tapi ternyata terwujud juga. 


"eh lo masuk kelas ini juga?" tanya alex
"iya..."
"eh siapa lagi sih, yang selokal sama kita disini?"
"gatau deh"
"boleh gue duduk di belakang lu?"
"silahkan"

**** 

baru beberapa hari menginjakan kaki di kelas social, sudah banyak tugas yang bertebaran di depan sorot mata ini. persepsi bahwa anak social itu santai tidak selamanya benar, yang membedakan kami dengan anak science hanyalah pembawaannya saja. kalau segi materi sama-sama berat. 

"jo.. gue sejarah sekelompok-kan sama lu?"
"yups.."
"sip. kapan mau kerja kelompok?"
"mmm...sabtu bisa?"
"bisa aja"
"yaudah fix sabtu ya.."

bel.. pualang berbunyi.. disambut dengan gelak tawa anak-anak yang sudah mumet seharian dicekoki dengan berbagai materi, kami sampai muntah-muntah andaikan saja guru itu tahu. 

aku lemas ketika sampai parkiran, lagi-lagi motorku terjebak diantara motor-motor yang lain. "ahelaah.. gimana caranya gue bisa ngeluarin nih motor?" bisiku pada hati.

"joo.... kenapa? gabisa keluar ya motornya?" tiba-tiba alex berteriak memanggilku yang tanpa kusadari ternyata dia sudah ada didepanku.
"ha?he'eh nih bingung" jawabku sekenanya
"yang mana motornya?" 
"yang itu..." sambil menunjuk kearah kerumunan motor.
"tunggu bentar yaaa"

beberapa saat kemudian, aku melihat motor yang tadinya banyak menghalangi motorku sudah disingkirkan oleh alex
"udah joo.. bisakan ngeluarin sendiri?"
"bisa, sip. thanks ya"

****

"wooy!! lu dimane? gue udah di depan sekolahan nih, jadi kagak kerja kelompoknya?" pesan singkat itu muncul dilayar screenku
"jadi.. tungguin!"
beberapa saat kemudian aku dan teman-temanku sudah berkumpul. "teruuss? kita mau kerja kelompok dimana?"
"dirumah lu aja lex" cetusku
"eh eh jangan dirumah gue lagi ada TPS luh"
"gapapa kalee"

sampailah kita di rumah alex

"enak juga rumah lu lex, banyak pohonnya. ademm" sambut kenanga
"woiyaa dong. ahhaa" 
ditengah-tengah mengerjakan tugas, alex baru inget kalo dia gapunya modem atau wifi buat nyari bahan tambahan

"eh, gue gapunya modem luh! trus gimana?"
"dish -_-. warnet ajalah yuk"
"gamau, geraahh beuuddss" lontar kenanga
"terus? ke benton gitu?"
"nah ide bagus!"

akhirnya kita otw benton dan shitnya ketika udah pesen makanan dan mau mencoba koneksi internetnya. ternyata tuh tempat kaga ada wifinya . -_-

"udah yuk, naik rollercoaster aja hahaha" cetus andi
"ah! boleh tuh" timpah kenanga

****
"gue sama lu yah nga" minta andi
"yaudah"
"terus gue?" sanggah ku
"sama alex-lah" 
"gamaaauuu" 
"lex, gue sama bunga aja yah" pintaku
"yah...." alex kecewa 

**** 
singkat cerita semenjak kejadian itu, hubungannya jadi aneh, dekeet nanti merenggang lagi..dan begitu seterusnya. padahal hingga saat ini aku masih mengagumi sosoknya alex, terkadang disaat kita benar-benar merasa jatuh, malah tak terbalaskan itu sakit banget deh.

ibarat tanaman yang tumbuh..mekar.. namun terabaikan dan lama-lama mati. terfikir sejenak dalam benak ini. adakah yang salah pada diri ini.? 

aku belum bisa menerjemahkan dengan logikaku, aku tak mau jatuh terlalu dalam namun pada akhirnya aku harus terseok-seok untuk bangkit. 

"mungkin memang... ku yang harus mengerti... bukanku yang ingin kau miliki. salahkah ku bila kaulah yang ada dihatiku?"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mana yang lebih nyoke?

  agaknya bingung menghadapi orang yang nge-jude kita kalau kita itu nyoke! padahal mah dia sendiri yang Raja nyoke!  oke, secara teoritis nyoke itu sama halnya seperti bawel, ngomong mulu tapi omongannya gak guna! ya begitulah.  gimana yaah... gue disuruh sabar..sabar.. seolah-olah tuh ada kata-kata yang menari-nari bertuliskan "enak gak enak telen aje!" yap gitu. dan apa gue pernah protes untuk hal itu? nggak! mau rasa yang mane hah? asin?pait?asem? gue telen semua dapet gulanya jarang-jarang doang. tapi apa gue pernah protes? sedangkan anda? sedikit masalah saja sudah nyoke kemana-mana! wajar, anda manusia dan saya juga manusia tidak luput dari kesalahan, apa bedanya? hanya derajatnya saja, anda terlalu banyak MENUNTUT!  anda tipikal orang yang PENUNTUT?! sedangkan saya? tipikal orang yang TERPAKSA NURUT. kenapa?!! gak suka dibilang PENUNTUT? iye? nyoke-in aje gue lagi dah, bukannya gitu kebiasaan anda?. anda pernah merasakan jadi saya kan? yasudah! kenapa anda ma

Jarum di tumpukan jerami

Masih, Prasangka yang anda temui saat ini bukanlah yang sebenarnya, karena pada kenyataannya sulit bukan menemukan jarum di tumpukan jerami? Ya, anda tau persis berapa ukuran dan warna jarum yang sedang anda cari pada tumpukan jerami itu, tapi mengapa masih juga sulit menemukannya? Sama seperti mencari tiap bongkahan hati yang telah Anda rusak dan kini anda menghardik saya untuk mengembalikannya utuh? Lalu anda melenggang dengan mudah dan berseru " kau pasti bisa mencari jarum itu diantara tumpukan jerami, bukankah kau sosok yang kuat?" Cih... Jerami itu sama saja seperti perkataan anda, banyak dan menumpuk di sudut ladang dan siap untuk di bakar sehingga cepat, cepat menjadi abu lalu di jual oleh kakek paruh baya sebagai bahan untuk memoles peralatan rumah tangga. Merasa di butuhkan? Ya, benar anda masih sangat dibutuhkan. Tapi apakah harganya masih mahal? Seharusnya anda sadar jarum itu takkan pernah berubah Tapi sialnya..anda membuang tepat pada tumpukan jerami itu,

Pilihan hati tak memerlukan strategi

Aku memilih tanpa strategi, hanya berpangku tangan pada keputusan hati. Terkesan tak peduli, tapi jauh di sanubari ada sebuah rasa gundah yang mengikuti Aku mencoba mengikuti jejak kaki, yang terkadang gentar saat mencoba menapaki Setiap warna yang ada pada pelangi, kadang tak sempat aku nikmati, karena begitu sibuk mencari jati diri Banyak yang mencoba menasihati, agar tak terlalu congkak diri, mau diapakan lagi, aku hanya mengikuti perkataan hati Sempat berfikir akan prestasi, yang sekian lama tak sempat aku miliki Setiap celoteh yang datang silih berganti tak pernah ku anggap sebagai belati, selalu saja ku coba untuk tak menggubris Setia pada pilihan memang sebuah prinsip, ingin mempertahankannya atau memilih untuk meninggalkan api saat telah berasap