Menerka masa depan
dalam kabut ku menggapai..
Entah. Masih belum
pasti.
Gemericik air
bernada mengiringi kepiluan ku saat ini. Pohon seraya melambaikan tangan
melepas kepergianku menggapai mimpi yang terhalang kabut.
Kakiku sakit…aku butuh
alas untuk bisa berjalan lagi diantara gigitan batu itu, boleh aku minta
torehkan segaris senyummu? Bantu aku. Menapaki jalan yang menukik tajam
bukanlah perkara yang mudah, tapi bolehkah aku minta agar kau tetap bersamaku?
Tapi.. tapi kau
tinggalkan aku, membiarkanku terseret jatuh ke jurang kehancuran . dimana?
Dimana uluran tanganmu itu? Aku butuh! Aku sekarat! Nafasku sesak, aku
kehilangan jejakmu.
Dalam senja Segerombolan
burung bersenandungkan namamu, aku dengar.. aku dengar berita burung itu..
bahwa kau kini telah menjadi sesosok yang tangguh dan kuat, semua orang
meng-agung-agungkan namamu. Dalam ruang ini, memori kebersamaan kita dulu
terulang, seperti film documenter sejarah manusia yang diiringi dengan lagu
bondan prakoso “yasudahlah” . kau memang tidak pernah membahagiakanku. karena
apa? Karena untuk bisa mencapai kebahagiaan aku harus hidup! dan kau adalah
sesosok yang membuat ku hidup bukan sekedar kebahagiaan saja! Tapi jika kau
merasa, aku memang penghalang dalam kesuksesanmu, aku minta agar kau tak
menggubris segala keinginanku lagi untuk terus bersamamu.
Melangkah maju
tanpa genggaman tanganmu.sulit.sakit. nampaknya.. tulisan ku-inipun tak dapat
membeli waktumu saat ini. Ketahuilah aku dapat pastikan aku, tak ada, takkan
pernah disaat kau bahagia. Tapi aku
pastikan, aku ada disaat kau berduka.
Tulisan-ku ini
menari bersama kenangan yang berguguran jatuh bersama airmata yang dulu pernah
ku tunjukkan padamu akibat ter-abaikan oleh orang yang ku sayang. Ingat kan?
Ya, sama .
Untukmu
yang kini telah gemilang
Komentar
Posting Komentar