Langsung ke konten utama

untukmu yang bersinar :')

Menerka masa depan dalam kabut ku menggapai..
Entah. Masih belum pasti.
   Gemericik air bernada mengiringi kepiluan ku saat ini. Pohon seraya melambaikan tangan melepas kepergianku menggapai mimpi yang terhalang kabut.
Kakiku sakit…aku butuh alas untuk bisa berjalan lagi diantara gigitan batu itu, boleh aku minta torehkan segaris senyummu? Bantu aku. Menapaki jalan yang menukik tajam bukanlah perkara yang mudah, tapi bolehkah aku minta agar kau tetap bersamaku?
Tapi.. tapi kau tinggalkan aku, membiarkanku terseret jatuh ke jurang kehancuran . dimana? Dimana uluran tanganmu itu? Aku butuh! Aku sekarat! Nafasku sesak, aku kehilangan jejakmu.
    Dalam senja Segerombolan burung bersenandungkan namamu, aku dengar.. aku dengar berita burung itu.. bahwa kau kini telah menjadi sesosok yang tangguh dan kuat, semua orang meng-agung-agungkan namamu. Dalam ruang ini, memori kebersamaan kita dulu terulang, seperti film documenter sejarah manusia yang diiringi dengan lagu bondan prakoso “yasudahlah” . kau memang tidak pernah membahagiakanku. karena apa? Karena untuk bisa mencapai kebahagiaan aku harus hidup! dan kau adalah sesosok yang membuat ku hidup bukan sekedar kebahagiaan saja! Tapi jika kau merasa, aku memang penghalang dalam kesuksesanmu, aku minta agar kau tak menggubris segala keinginanku lagi untuk terus bersamamu. 

    Melangkah maju tanpa genggaman tanganmu.sulit.sakit. nampaknya.. tulisan ku-inipun tak dapat membeli waktumu saat ini. Ketahuilah aku dapat pastikan aku, tak ada, takkan pernah  disaat kau bahagia. Tapi aku pastikan, aku ada disaat kau berduka.
Tulisan-ku ini menari bersama kenangan yang berguguran jatuh bersama airmata yang dulu pernah ku tunjukkan padamu akibat ter-abaikan oleh orang yang ku sayang. Ingat kan? Ya, sama .

Untukmu yang kini telah gemilang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mana yang lebih nyoke?

  agaknya bingung menghadapi orang yang nge-jude kita kalau kita itu nyoke! padahal mah dia sendiri yang Raja nyoke!  oke, secara teoritis nyoke itu sama halnya seperti bawel, ngomong mulu tapi omongannya gak guna! ya begitulah.  gimana yaah... gue disuruh sabar..sabar.. seolah-olah tuh ada kata-kata yang menari-nari bertuliskan "enak gak enak telen aje!" yap gitu. dan apa gue pernah protes untuk hal itu? nggak! mau rasa yang mane hah? asin?pait?asem? gue telen semua dapet gulanya jarang-jarang doang. tapi apa gue pernah protes? sedangkan anda? sedikit masalah saja sudah nyoke kemana-mana! wajar, anda manusia dan saya juga manusia tidak luput dari kesalahan, apa bedanya? hanya derajatnya saja, anda terlalu banyak MENUNTUT!  anda tipikal orang yang PENUNTUT?! sedangkan saya? tipikal orang yang TERPAKSA NURUT. kenapa?!! gak suka dibilang PENUNTUT? iye? nyoke-in aje gue lagi dah, bukannya gitu kebiasaan anda?. anda pernah merasakan jadi saya kan? yasudah! kenapa anda ma

Jarum di tumpukan jerami

Masih, Prasangka yang anda temui saat ini bukanlah yang sebenarnya, karena pada kenyataannya sulit bukan menemukan jarum di tumpukan jerami? Ya, anda tau persis berapa ukuran dan warna jarum yang sedang anda cari pada tumpukan jerami itu, tapi mengapa masih juga sulit menemukannya? Sama seperti mencari tiap bongkahan hati yang telah Anda rusak dan kini anda menghardik saya untuk mengembalikannya utuh? Lalu anda melenggang dengan mudah dan berseru " kau pasti bisa mencari jarum itu diantara tumpukan jerami, bukankah kau sosok yang kuat?" Cih... Jerami itu sama saja seperti perkataan anda, banyak dan menumpuk di sudut ladang dan siap untuk di bakar sehingga cepat, cepat menjadi abu lalu di jual oleh kakek paruh baya sebagai bahan untuk memoles peralatan rumah tangga. Merasa di butuhkan? Ya, benar anda masih sangat dibutuhkan. Tapi apakah harganya masih mahal? Seharusnya anda sadar jarum itu takkan pernah berubah Tapi sialnya..anda membuang tepat pada tumpukan jerami itu,

Pilihan hati tak memerlukan strategi

Aku memilih tanpa strategi, hanya berpangku tangan pada keputusan hati. Terkesan tak peduli, tapi jauh di sanubari ada sebuah rasa gundah yang mengikuti Aku mencoba mengikuti jejak kaki, yang terkadang gentar saat mencoba menapaki Setiap warna yang ada pada pelangi, kadang tak sempat aku nikmati, karena begitu sibuk mencari jati diri Banyak yang mencoba menasihati, agar tak terlalu congkak diri, mau diapakan lagi, aku hanya mengikuti perkataan hati Sempat berfikir akan prestasi, yang sekian lama tak sempat aku miliki Setiap celoteh yang datang silih berganti tak pernah ku anggap sebagai belati, selalu saja ku coba untuk tak menggubris Setia pada pilihan memang sebuah prinsip, ingin mempertahankannya atau memilih untuk meninggalkan api saat telah berasap