Bagaimana aku bisa menulis percakapan kita di lembar ini? Sedangkan lidahku kelu tiap kali sorot matamu terfokus padaku. Aku siapkan segenap kata-kata semaleman walau hanya sekedar "salam" tapi tak jarang juga itu hanya berakhir dihati yang telah mendidih tiap kali aku ingin bicara. Kadang.. Aku benci pada diriku disaat-saat seperti itu.
Tulisanku mengalun berasamaan dengan segenap pertanyaan dihati yang tak bisa ku lafal dalam kata.
Aku disini tidak sedang menulis cerita, karena tak ada cerita tentang kita.
Entah.. Sampai kapan aku begini, sampai mataku tak dapat menangkap bayangmu lagi, sampai suaramu tak menggema dihatiku lagi, sampai sorot matamu tak dapat ku tangkap lagi. Atau sampai kapanpun aku terus diam begini, kau tak tau--aku tlah lelah--terpisah oleh waktu--akhirnya aku pupus lagi. Mungkin begitu sketsa nya.
Aku merasa sebagai penakut,pengecut bahkan pecundang yang berada di kasta paling rendah!
Sedangkan kau? Kuat,tangguh,pemberani dan tak terkalahkan.
Hhh.. Karena tuk bersamamu bagaikan berharap memeluk bulan.
Mungkin aku harus merelakan, me-relakan yang seharusnya tak ku rela-kan.
Terimakasih.. Terimakasih telah mengembalikan semangatku yang sempat padam, aku harap terus begini, walau kau tak dapat mengenalku sekalipun tapi kehadiranmu sudah lebih dari cukup untukku, aku harap aku bisa lebih dari ini.
*dan kamu, hanya perlu terima. Dan tak harus memahami, dan tak harus berfikir hanya perlu mengerti*
*Salam dari pertanyaan hati yang mendidih tiap kali menatapmu.*
Pas banget sama gue sekarang,dan netes deh gue... udah sedih tambah sedih T_T
BalasHapusPas banget sama gue sekarang
BalasHapus