Langsung ke konten utama

musim umbar "janji"

gak ada berita yang lebih uptudate daripada "kampanye" dan "money politik" yap. tahun ini akan diselenggarakan pesta demokrasi rakyat. jadi gak heran kalau banyak tiba-tiba di depan rumah udah ada sembako atau di jalan banyak ujan duit. hahaha.

sebenernya banyak pertanyaan dalam pikiran gue sendiri yang sampai saat ini belum terpecahkan, biasanya pertanyaan itu gak bakal lama bersarang dalam pikiran gue, karena? karena gue pikun. tapi kali ini beda.

setiap kali ganti chanel tivi pasti ketumunya caleg yang sedang kampanye dengan artis dangdut.entah kita gak boleh su'udzon . gatau kenapa sih ya, dan semoga gue doang yang punya pemikiran kayak gini. menurut gue caleg semuanya sama.ya semoga cuma gue.

kadang, apa yang kita tuntut gak terwujud akibat wakil rakyat yang tak patut, entah.. ini hanya curhatan saja. gue juga gak bisa sepenuhnya menyalahkan para caleg toh dia memiliki hak yang sama, setiap warga negara berhak mendapatkan kedudukan yang sama dalam pemerintahan . yang hanya ingin ditambahkan hanyalah.. mulailah lirik kami ini para generasi muda, biar tidak memiliki pikiran "takut" pada kedudukan diperintahan karena derasnya arus korupsi.

kadang gue mikir, kenapa banyak yang ingiin menjadi pejabat? alasannya apa? kalau alasannya ingin membangun bangsa, apakah hanya jalan itu satu-satunya yang bisa membangun bangsa? kalau alasannya ingin kehidupan yang lebih makmur? ya, itu jawaban yang tepat mungkin,mungkin,entahlah.

ada sedikit puisi nih..

saat kesucian bercampur dengan gejolak yang berbeda
dipadukan oleh sejuta gertakan reformasi
janjinya melesat hingga ke langit ketujuh
berharap kami tak jenuh
melihat tingkah para pendahulunya

terselimuti kabut asap keadilan
lupa bagaimana cara memilih yang bisa merasakan
pahit hidup kami telan mentah-mentah
bahkan setetes ludahpun enggan membasahi haus kami akan keadilan


dari layar berkaca ini, ku perhatikan tingkahmu
meski belum pantas meng-kritik
namun terimalah karyaku sebagai genggaman jimatmu
aku percayakan masa depanku pada kebijakanmu
semoga kau tak lupa padaku
saat api panas demokrasi membakarmu

posisimu diatasku
agar kau bisa dengan mudah melihat deritanya hidupku
tak perlu tanganmu ter-ulur
cukup wajahmu menunduk, dan jangan lihat selalu kepalamu
atasmu neraka untuk kami

                                                                                                     pencetus kecil

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mana yang lebih nyoke?

  agaknya bingung menghadapi orang yang nge-jude kita kalau kita itu nyoke! padahal mah dia sendiri yang Raja nyoke!  oke, secara teoritis nyoke itu sama halnya seperti bawel, ngomong mulu tapi omongannya gak guna! ya begitulah.  gimana yaah... gue disuruh sabar..sabar.. seolah-olah tuh ada kata-kata yang menari-nari bertuliskan "enak gak enak telen aje!" yap gitu. dan apa gue pernah protes untuk hal itu? nggak! mau rasa yang mane hah? asin?pait?asem? gue telen semua dapet gulanya jarang-jarang doang. tapi apa gue pernah protes? sedangkan anda? sedikit masalah saja sudah nyoke kemana-mana! wajar, anda manusia dan saya juga manusia tidak luput dari kesalahan, apa bedanya? hanya derajatnya saja, anda terlalu banyak MENUNTUT!  anda tipikal orang yang PENUNTUT?! sedangkan saya? tipikal orang yang TERPAKSA NURUT. kenapa?!! gak suka dibilang PENUNTUT? iye? nyoke-in aje gue lagi dah, bukannya gitu kebiasaan anda?. anda pernah merasakan jadi saya kan? yasudah! kenapa anda ma

Jarum di tumpukan jerami

Masih, Prasangka yang anda temui saat ini bukanlah yang sebenarnya, karena pada kenyataannya sulit bukan menemukan jarum di tumpukan jerami? Ya, anda tau persis berapa ukuran dan warna jarum yang sedang anda cari pada tumpukan jerami itu, tapi mengapa masih juga sulit menemukannya? Sama seperti mencari tiap bongkahan hati yang telah Anda rusak dan kini anda menghardik saya untuk mengembalikannya utuh? Lalu anda melenggang dengan mudah dan berseru " kau pasti bisa mencari jarum itu diantara tumpukan jerami, bukankah kau sosok yang kuat?" Cih... Jerami itu sama saja seperti perkataan anda, banyak dan menumpuk di sudut ladang dan siap untuk di bakar sehingga cepat, cepat menjadi abu lalu di jual oleh kakek paruh baya sebagai bahan untuk memoles peralatan rumah tangga. Merasa di butuhkan? Ya, benar anda masih sangat dibutuhkan. Tapi apakah harganya masih mahal? Seharusnya anda sadar jarum itu takkan pernah berubah Tapi sialnya..anda membuang tepat pada tumpukan jerami itu,

Pilihan hati tak memerlukan strategi

Aku memilih tanpa strategi, hanya berpangku tangan pada keputusan hati. Terkesan tak peduli, tapi jauh di sanubari ada sebuah rasa gundah yang mengikuti Aku mencoba mengikuti jejak kaki, yang terkadang gentar saat mencoba menapaki Setiap warna yang ada pada pelangi, kadang tak sempat aku nikmati, karena begitu sibuk mencari jati diri Banyak yang mencoba menasihati, agar tak terlalu congkak diri, mau diapakan lagi, aku hanya mengikuti perkataan hati Sempat berfikir akan prestasi, yang sekian lama tak sempat aku miliki Setiap celoteh yang datang silih berganti tak pernah ku anggap sebagai belati, selalu saja ku coba untuk tak menggubris Setia pada pilihan memang sebuah prinsip, ingin mempertahankannya atau memilih untuk meninggalkan api saat telah berasap