Langsung ke konten utama

Khianat

Tekanan terberat ada pada pundaku,saksi ter-akurat ada pada telingaku, banyak setan merasuk pada jiwa ku. Menyuruhku untuk bungkan sejuta makna, diam seribu bahasa, mengangguk seperti kuda yang di kendalikan kusirnya.

Sekejam ini dunia, se-parah ini kehidupan yang dipenuhi dusta. Aku terseret pada lubang dosa.
Tercekik pilu pada kemelut dunia.

Lari ku tergopoh.. Aku tau aku saksi. Aku melihat dengan sadar, mendengar dengan nyata, tapi ku khianati mereka. Tersenyum manis lalu berkata "entahlah.. Aku pun tak tahu" . Betapa munafiknya jiwa ku, hina nya ucapanku, keparatnya hatiku.

Aku tak bisa lebih lama menampung rahasia ini. Hatiku bergejolak. kadang.. Malaikat mengingatkanku untuk jujur tapi setan pun mengawasiku untuk terus berdusta.

Inginku teriak, memaki semua jiwa yang tlah mati, mati.. Dan tak punya hati. Jiwa yang telah menyuruhku untuk berkhianat pada jutaan nyawa yang hidup.

"aku tak bisa.. Aku tak kuat. Aku  mohon izinkanku jujur"
"tidak perlu sok suci! Kau hanya butuh diam dan tak usah kau hiraukan yang lain"
"aku tak bisa!! Bagaimana bila malaikat mencabut nyawaku lalu aku mati dalam keadaan dusta? Menanggung dosa mu pula!"
"haha.. Kau tak usah sok suci. Tak usah pikirkan hal itu"
"aku tak bisa!! Aku tak mau di padang mahsyar nanti semua dosa ku terungkap. Lalu nyawa yang telah ku khianati dulu menuntut ku di akhirat!! Aku bisa jawab apa dihadapan para malaikat dan Tuhanku?"
"keparat! Diam! Gak usah bawa bawa Tuhan. Ini hanya masalah sepele!"
"maaf aku tak bisa.. Aku tak mau. Aku akan bilang yang sejujurnya. Terserahmu setuju atau tidak. Aku tak mau ikut ke neraka bersamamu!"
"kau sungguh bodoh! Munafik! Mati saja kau mati!!!"
"semoga Allah memaafkanmu"

Ingin ku menarik tiap detik yang berlalu. Aku tak mau dibenci oleh Tuhanku, aku tak mau bersekongkol dengan para pendusta. Tidak.. Tidak... Ini bukan diriku.. Ini bukan aku.. Mengapa aku bodoh sekali? Tidak... Tidak... Ini pasti mimpi. Ya Allah... Ya Rabb.. Sungguh jangan menjauh dari ku , Ampunillah aku.

Aku tak mau jadi saksi yang terdakwa apalagi saksi yang tersangka!!! Aku tak mau, tak sudi.

Tiap detik yang berlalu rasanya meracuni hati. Pahit. Sekarang aku tau.. Aku tau rasanya hidup di negeri ini. Aku terlibat kasus yang berat, menanggung jutaan jiwa yang lemah. Tapi akupun sama lemahnya. Aku berkhianat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mana yang lebih nyoke?

  agaknya bingung menghadapi orang yang nge-jude kita kalau kita itu nyoke! padahal mah dia sendiri yang Raja nyoke!  oke, secara teoritis nyoke itu sama halnya seperti bawel, ngomong mulu tapi omongannya gak guna! ya begitulah.  gimana yaah... gue disuruh sabar..sabar.. seolah-olah tuh ada kata-kata yang menari-nari bertuliskan "enak gak enak telen aje!" yap gitu. dan apa gue pernah protes untuk hal itu? nggak! mau rasa yang mane hah? asin?pait?asem? gue telen semua dapet gulanya jarang-jarang doang. tapi apa gue pernah protes? sedangkan anda? sedikit masalah saja sudah nyoke kemana-mana! wajar, anda manusia dan saya juga manusia tidak luput dari kesalahan, apa bedanya? hanya derajatnya saja, anda terlalu banyak MENUNTUT!  anda tipikal orang yang PENUNTUT?! sedangkan saya? tipikal orang yang TERPAKSA NURUT. kenapa?!! gak suka dibilang PENUNTUT? iye? nyoke-in aje gue lagi dah, bukannya gitu kebiasaan anda?. anda pernah merasakan jadi saya kan? yasudah! kenapa anda ma

Jarum di tumpukan jerami

Masih, Prasangka yang anda temui saat ini bukanlah yang sebenarnya, karena pada kenyataannya sulit bukan menemukan jarum di tumpukan jerami? Ya, anda tau persis berapa ukuran dan warna jarum yang sedang anda cari pada tumpukan jerami itu, tapi mengapa masih juga sulit menemukannya? Sama seperti mencari tiap bongkahan hati yang telah Anda rusak dan kini anda menghardik saya untuk mengembalikannya utuh? Lalu anda melenggang dengan mudah dan berseru " kau pasti bisa mencari jarum itu diantara tumpukan jerami, bukankah kau sosok yang kuat?" Cih... Jerami itu sama saja seperti perkataan anda, banyak dan menumpuk di sudut ladang dan siap untuk di bakar sehingga cepat, cepat menjadi abu lalu di jual oleh kakek paruh baya sebagai bahan untuk memoles peralatan rumah tangga. Merasa di butuhkan? Ya, benar anda masih sangat dibutuhkan. Tapi apakah harganya masih mahal? Seharusnya anda sadar jarum itu takkan pernah berubah Tapi sialnya..anda membuang tepat pada tumpukan jerami itu,

Pilihan hati tak memerlukan strategi

Aku memilih tanpa strategi, hanya berpangku tangan pada keputusan hati. Terkesan tak peduli, tapi jauh di sanubari ada sebuah rasa gundah yang mengikuti Aku mencoba mengikuti jejak kaki, yang terkadang gentar saat mencoba menapaki Setiap warna yang ada pada pelangi, kadang tak sempat aku nikmati, karena begitu sibuk mencari jati diri Banyak yang mencoba menasihati, agar tak terlalu congkak diri, mau diapakan lagi, aku hanya mengikuti perkataan hati Sempat berfikir akan prestasi, yang sekian lama tak sempat aku miliki Setiap celoteh yang datang silih berganti tak pernah ku anggap sebagai belati, selalu saja ku coba untuk tak menggubris Setia pada pilihan memang sebuah prinsip, ingin mempertahankannya atau memilih untuk meninggalkan api saat telah berasap