Langsung ke konten utama

Jenuh.

Saat udara dingin mencekit masuk ke rongga-rongga hidungku, mendatangkan beribu rasa dingin yang menyergap masuk melalui pori-pori kulit yang telah lama tak tersentuh rasa rindu.

Apapun itu, berkata mengenai hati seperti kembali pada sebuah rantai yang saling terikat, mengait sangat kuat, setiap kali kucoba untuk melapskannya semakin sakit rasa permukaan telapak tanganku, serumit itukah setiap rasa cinta yang kurasa? Selalu berakhir pada sebuah rasa yang membuat hatiku sakit dan kembali memar?

Adakah persepsi yang lebih baik selain cinta itu buta? Rasanya aku muak kalau harus menggubris persepsi itu, adapun yang singgah dalam hati hanyalah angin lalu yang begitu cepat untuk pergi, adakah yang lebih indah dari sebuah berharap?

Saat kutampik setiap rasa yang singgah, saat itulah aku sadar begitu sulitnya untuk jadi yang dicinta. Terlalu curam rasanya melihat sosok yang jadi "pemeran utama" dalam persandiwaraan hatimu memilih hati yang lain untuk singgah

Sempat datang membawa sisa kenangan masa lalu, mengemasnya dengan sebuah klise yang begitu apik disetiap memori yang belum terusik
Mengajakku masuk dalam dunia khayal akan masa silam dan masa yang akan datang, membuatku sempat berfikir akan menjadi tokoh utama dalam khayalan itu kelak, tapi terlalu jauh, terlalu jauh aku berharap. Karena posisi tokoh utama telah terisi

Haruskah aku percaya bahwa cinta itu buta? Dan haruskah aku percaya bahwa cinta mendatangkan kebahagiaan?

Jenuh.
Kejenuhan mulai singgah pada tiap-tiap bagian dalam pikiranku, mulai mempertanyakan mengapa,bagaimana,dan kapan. Pertanyaan itu menyergapku untuk bisa menjawabnya, entah sejak kapan jiwaku mulai berontak, padahal selama ini yang ku tahu semuanya selalu serentak. Tapi kini? Seperti di interogasi pada diri sendiri, entah.. Aku tak berbicara tapi seperti ada yang selalu bertanya di benakku, dan aku tak bisa menjawabnya.

Haruskah? Haruskah aku mulai terbuai dengan kata-kata indah itu lagi? Haruskah ku buka kembali pintu yang masih ku tutup rapat ini?

Dan...

Tidak...

Sepertinya belum ada sinyal.. Belum ada yang mengetuk pintu ini, aku tak mau membukanya untuk sembarang orang

Biarlah semua rasa rindu yang bersemayam dalam kalbu menjadi kisah masa lalu

Ketuklah terlebih dulu, biar ku lihat dibalik jendela. Siapakah dirimu..




Di waktu petang yang masih menunggu sesosok datang membawa segenggam harapan untuk masa depan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mana yang lebih nyoke?

  agaknya bingung menghadapi orang yang nge-jude kita kalau kita itu nyoke! padahal mah dia sendiri yang Raja nyoke!  oke, secara teoritis nyoke itu sama halnya seperti bawel, ngomong mulu tapi omongannya gak guna! ya begitulah.  gimana yaah... gue disuruh sabar..sabar.. seolah-olah tuh ada kata-kata yang menari-nari bertuliskan "enak gak enak telen aje!" yap gitu. dan apa gue pernah protes untuk hal itu? nggak! mau rasa yang mane hah? asin?pait?asem? gue telen semua dapet gulanya jarang-jarang doang. tapi apa gue pernah protes? sedangkan anda? sedikit masalah saja sudah nyoke kemana-mana! wajar, anda manusia dan saya juga manusia tidak luput dari kesalahan, apa bedanya? hanya derajatnya saja, anda terlalu banyak MENUNTUT!  anda tipikal orang yang PENUNTUT?! sedangkan saya? tipikal orang yang TERPAKSA NURUT. kenapa?!! gak suka dibilang PENUNTUT? iye? nyoke-in aje gue lagi dah, bukannya gitu kebiasaan anda?. anda pernah merasakan jadi saya kan? yasudah! kenapa anda ma

Jarum di tumpukan jerami

Masih, Prasangka yang anda temui saat ini bukanlah yang sebenarnya, karena pada kenyataannya sulit bukan menemukan jarum di tumpukan jerami? Ya, anda tau persis berapa ukuran dan warna jarum yang sedang anda cari pada tumpukan jerami itu, tapi mengapa masih juga sulit menemukannya? Sama seperti mencari tiap bongkahan hati yang telah Anda rusak dan kini anda menghardik saya untuk mengembalikannya utuh? Lalu anda melenggang dengan mudah dan berseru " kau pasti bisa mencari jarum itu diantara tumpukan jerami, bukankah kau sosok yang kuat?" Cih... Jerami itu sama saja seperti perkataan anda, banyak dan menumpuk di sudut ladang dan siap untuk di bakar sehingga cepat, cepat menjadi abu lalu di jual oleh kakek paruh baya sebagai bahan untuk memoles peralatan rumah tangga. Merasa di butuhkan? Ya, benar anda masih sangat dibutuhkan. Tapi apakah harganya masih mahal? Seharusnya anda sadar jarum itu takkan pernah berubah Tapi sialnya..anda membuang tepat pada tumpukan jerami itu,

Pilihan hati tak memerlukan strategi

Aku memilih tanpa strategi, hanya berpangku tangan pada keputusan hati. Terkesan tak peduli, tapi jauh di sanubari ada sebuah rasa gundah yang mengikuti Aku mencoba mengikuti jejak kaki, yang terkadang gentar saat mencoba menapaki Setiap warna yang ada pada pelangi, kadang tak sempat aku nikmati, karena begitu sibuk mencari jati diri Banyak yang mencoba menasihati, agar tak terlalu congkak diri, mau diapakan lagi, aku hanya mengikuti perkataan hati Sempat berfikir akan prestasi, yang sekian lama tak sempat aku miliki Setiap celoteh yang datang silih berganti tak pernah ku anggap sebagai belati, selalu saja ku coba untuk tak menggubris Setia pada pilihan memang sebuah prinsip, ingin mempertahankannya atau memilih untuk meninggalkan api saat telah berasap