Langsung ke konten utama

bukan kepentingan

kali ini,
aku akan menjawab segala keraguanmu tentang kita

banyak teori yang tercipta demi mendeskripsikan sebuah kalimat sederhana, banyak pula yang menganggap deskripsi itu tergantung siapa dan dari sudut pandang yang mana, begitupula saat memilih, memilih untuk apa dan sejauh apa kepentingannya.

aku tahu, point-point keraguanmu semakin bertambah seiring dengan perjalanan kaki kita bersama, semakin banyak mendominasi tiap-tiap lingkup otakmu yang sudah begitu kelut, terkadanhg hipotesa itu masuk dan sulit untuk disaring oleh akal sehatmu dan sulit kau temui bukti, kalaupun menemui bukti terkadang kau bingung, apakah itu kenyataan atau ilusi, benarkah?

saat semua hipotesa itu memenuhi pikiran liarmu dan terkadang menemui jalan buntu, kau memilih untuk menikmati hidupmu dengan penuh kepalsuan?

kau pernah berjalan pada labirin? yaitu tempat dimana kau melihat segala sesuatunya sama, sama-sama bisa terlihat tapi tak satupun bisa memberi tahumu petunjuk jalan keluar, entah apapun yang ada dipikranmu saat itu pasti hanyalah "bagaimana kau keluar dalam ruang lingkup yang sempit dan sial itu" mungkin dirimu membatin "kenapa harus terjebak dalam labirin ini dan sendirian?" setidaknya kau berharap ada satu saja sosok nyata yang bisa menemanimu melewati tiap labirin-labirin itu.

lalu, tak lama kau membatin seperti itu, datanglah sosok aku disana, yang entah darimana asalnya aku bisa berada tepat di samping bahumu, bercakap sedikit, lama-lama tak terasa sudah bertahun-tahun dalam labirin itu, kita belum sama-sama keluar darisana, masih mencari jalan keluar, terkadang aku yang menuntun, terkadang kau yang terlampau jauh didepanku, tidak masalah.. karena aku hanya meyakini satu hal, disaat kau yang terlampau jauh didepanku aku tak ingin berteriak padamu untuk "menungguku" aku hanya bisa menghardik diriku sendiri yang begitu lamban.

mungkin ini terkesan begitu drama,

lalu, pertanyaanmu, "apakah aku mendekatimu hanya untuk sebuah kepentingan?"

disnilah fungsi kalimat positif dan negatif digunakan, aku membutuhkanmu karena memang untuk kepentingan, kepentingan untuk mengisi semangat dalam diriku yang begitu lemah dan dalam pikiran yang begitu kosong ini, kadang kau juga jadi sumber semangatku, kau tahukan aku pernah dikucilkan pada sekelompok manusia? disaat aku benar-benar tersudut  pada kamar yang begitu gelap, aku tak henti-hentinya menyalahkan diriku sendiri, tapi aku ingat sosok kau, kau masih mau bertahan padaku saat dunia mengucilkanku, itu artinya, kalau kau yang tinggal satu-satunya ini ikut pergi bersama sekumpulan manusia lain meninggalkanku, sudah.. tandanya aku sebatang kara

sejujurnya ini yang aku khawatirkan..

saat aku begitu banyak menerima niat baikmu, semakin banyak hutang budiku padamu, semakin aku takut kau meragukan "ketulusanku", kau mau tahu jawaban dari segala keraguanmu itu?

kembalilah menjalani perjalanan ini tanpa alas kaki, seperti dulu yang kita lakukan, bukankah dulu kau tak meragukanku? tapi semenjak kau memberiku alas kaki, dan terkadang jalan kita tak sama, maka pasti akan muncul rasa dimana aku hanya memanfaatkanmu.

aku mendekatimu bukan untuk sebuah kepentingan, tapi memang kau pentingan untukku.

tak berniat untuk memaksamu menerima teoriku ini, mungkin terkesan tak empiris tapi percayalah, aku menulis bukan untuk naif





Rabu senja, saat tak sengaja berselancar pada lembar ceritamu


Komentar

Postingan populer dari blog ini

mana yang lebih nyoke?

  agaknya bingung menghadapi orang yang nge-jude kita kalau kita itu nyoke! padahal mah dia sendiri yang Raja nyoke!  oke, secara teoritis nyoke itu sama halnya seperti bawel, ngomong mulu tapi omongannya gak guna! ya begitulah.  gimana yaah... gue disuruh sabar..sabar.. seolah-olah tuh ada kata-kata yang menari-nari bertuliskan "enak gak enak telen aje!" yap gitu. dan apa gue pernah protes untuk hal itu? nggak! mau rasa yang mane hah? asin?pait?asem? gue telen semua dapet gulanya jarang-jarang doang. tapi apa gue pernah protes? sedangkan anda? sedikit masalah saja sudah nyoke kemana-mana! wajar, anda manusia dan saya juga manusia tidak luput dari kesalahan, apa bedanya? hanya derajatnya saja, anda terlalu banyak MENUNTUT!  anda tipikal orang yang PENUNTUT?! sedangkan saya? tipikal orang yang TERPAKSA NURUT. kenapa?!! gak suka dibilang PENUNTUT? iye? nyoke-in aje gue lagi dah, bukannya gitu kebiasaan anda?. anda pernah merasakan jadi saya kan? yasudah! kenapa anda ma

Jarum di tumpukan jerami

Masih, Prasangka yang anda temui saat ini bukanlah yang sebenarnya, karena pada kenyataannya sulit bukan menemukan jarum di tumpukan jerami? Ya, anda tau persis berapa ukuran dan warna jarum yang sedang anda cari pada tumpukan jerami itu, tapi mengapa masih juga sulit menemukannya? Sama seperti mencari tiap bongkahan hati yang telah Anda rusak dan kini anda menghardik saya untuk mengembalikannya utuh? Lalu anda melenggang dengan mudah dan berseru " kau pasti bisa mencari jarum itu diantara tumpukan jerami, bukankah kau sosok yang kuat?" Cih... Jerami itu sama saja seperti perkataan anda, banyak dan menumpuk di sudut ladang dan siap untuk di bakar sehingga cepat, cepat menjadi abu lalu di jual oleh kakek paruh baya sebagai bahan untuk memoles peralatan rumah tangga. Merasa di butuhkan? Ya, benar anda masih sangat dibutuhkan. Tapi apakah harganya masih mahal? Seharusnya anda sadar jarum itu takkan pernah berubah Tapi sialnya..anda membuang tepat pada tumpukan jerami itu,

Pilihan hati tak memerlukan strategi

Aku memilih tanpa strategi, hanya berpangku tangan pada keputusan hati. Terkesan tak peduli, tapi jauh di sanubari ada sebuah rasa gundah yang mengikuti Aku mencoba mengikuti jejak kaki, yang terkadang gentar saat mencoba menapaki Setiap warna yang ada pada pelangi, kadang tak sempat aku nikmati, karena begitu sibuk mencari jati diri Banyak yang mencoba menasihati, agar tak terlalu congkak diri, mau diapakan lagi, aku hanya mengikuti perkataan hati Sempat berfikir akan prestasi, yang sekian lama tak sempat aku miliki Setiap celoteh yang datang silih berganti tak pernah ku anggap sebagai belati, selalu saja ku coba untuk tak menggubris Setia pada pilihan memang sebuah prinsip, ingin mempertahankannya atau memilih untuk meninggalkan api saat telah berasap