kali ini,
aku akan menjawab segala keraguanmu tentang kita
banyak teori yang tercipta demi mendeskripsikan sebuah kalimat sederhana, banyak pula yang menganggap deskripsi itu tergantung siapa dan dari sudut pandang yang mana, begitupula saat memilih, memilih untuk apa dan sejauh apa kepentingannya.
aku tahu, point-point keraguanmu semakin bertambah seiring dengan perjalanan kaki kita bersama, semakin banyak mendominasi tiap-tiap lingkup otakmu yang sudah begitu kelut, terkadanhg hipotesa itu masuk dan sulit untuk disaring oleh akal sehatmu dan sulit kau temui bukti, kalaupun menemui bukti terkadang kau bingung, apakah itu kenyataan atau ilusi, benarkah?
saat semua hipotesa itu memenuhi pikiran liarmu dan terkadang menemui jalan buntu, kau memilih untuk menikmati hidupmu dengan penuh kepalsuan?
kau pernah berjalan pada labirin? yaitu tempat dimana kau melihat segala sesuatunya sama, sama-sama bisa terlihat tapi tak satupun bisa memberi tahumu petunjuk jalan keluar, entah apapun yang ada dipikranmu saat itu pasti hanyalah "bagaimana kau keluar dalam ruang lingkup yang sempit dan sial itu" mungkin dirimu membatin "kenapa harus terjebak dalam labirin ini dan sendirian?" setidaknya kau berharap ada satu saja sosok nyata yang bisa menemanimu melewati tiap labirin-labirin itu.
lalu, tak lama kau membatin seperti itu, datanglah sosok aku disana, yang entah darimana asalnya aku bisa berada tepat di samping bahumu, bercakap sedikit, lama-lama tak terasa sudah bertahun-tahun dalam labirin itu, kita belum sama-sama keluar darisana, masih mencari jalan keluar, terkadang aku yang menuntun, terkadang kau yang terlampau jauh didepanku, tidak masalah.. karena aku hanya meyakini satu hal, disaat kau yang terlampau jauh didepanku aku tak ingin berteriak padamu untuk "menungguku" aku hanya bisa menghardik diriku sendiri yang begitu lamban.
mungkin ini terkesan begitu drama,
lalu, pertanyaanmu, "apakah aku mendekatimu hanya untuk sebuah kepentingan?"
disnilah fungsi kalimat positif dan negatif digunakan, aku membutuhkanmu karena memang untuk kepentingan, kepentingan untuk mengisi semangat dalam diriku yang begitu lemah dan dalam pikiran yang begitu kosong ini, kadang kau juga jadi sumber semangatku, kau tahukan aku pernah dikucilkan pada sekelompok manusia? disaat aku benar-benar tersudut pada kamar yang begitu gelap, aku tak henti-hentinya menyalahkan diriku sendiri, tapi aku ingat sosok kau, kau masih mau bertahan padaku saat dunia mengucilkanku, itu artinya, kalau kau yang tinggal satu-satunya ini ikut pergi bersama sekumpulan manusia lain meninggalkanku, sudah.. tandanya aku sebatang kara
sejujurnya ini yang aku khawatirkan..
saat aku begitu banyak menerima niat baikmu, semakin banyak hutang budiku padamu, semakin aku takut kau meragukan "ketulusanku", kau mau tahu jawaban dari segala keraguanmu itu?
kembalilah menjalani perjalanan ini tanpa alas kaki, seperti dulu yang kita lakukan, bukankah dulu kau tak meragukanku? tapi semenjak kau memberiku alas kaki, dan terkadang jalan kita tak sama, maka pasti akan muncul rasa dimana aku hanya memanfaatkanmu.
aku mendekatimu bukan untuk sebuah kepentingan, tapi memang kau pentingan untukku.
tak berniat untuk memaksamu menerima teoriku ini, mungkin terkesan tak empiris tapi percayalah, aku menulis bukan untuk naif
Rabu senja, saat tak sengaja berselancar pada lembar ceritamu
aku akan menjawab segala keraguanmu tentang kita
banyak teori yang tercipta demi mendeskripsikan sebuah kalimat sederhana, banyak pula yang menganggap deskripsi itu tergantung siapa dan dari sudut pandang yang mana, begitupula saat memilih, memilih untuk apa dan sejauh apa kepentingannya.
aku tahu, point-point keraguanmu semakin bertambah seiring dengan perjalanan kaki kita bersama, semakin banyak mendominasi tiap-tiap lingkup otakmu yang sudah begitu kelut, terkadanhg hipotesa itu masuk dan sulit untuk disaring oleh akal sehatmu dan sulit kau temui bukti, kalaupun menemui bukti terkadang kau bingung, apakah itu kenyataan atau ilusi, benarkah?
saat semua hipotesa itu memenuhi pikiran liarmu dan terkadang menemui jalan buntu, kau memilih untuk menikmati hidupmu dengan penuh kepalsuan?
kau pernah berjalan pada labirin? yaitu tempat dimana kau melihat segala sesuatunya sama, sama-sama bisa terlihat tapi tak satupun bisa memberi tahumu petunjuk jalan keluar, entah apapun yang ada dipikranmu saat itu pasti hanyalah "bagaimana kau keluar dalam ruang lingkup yang sempit dan sial itu" mungkin dirimu membatin "kenapa harus terjebak dalam labirin ini dan sendirian?" setidaknya kau berharap ada satu saja sosok nyata yang bisa menemanimu melewati tiap labirin-labirin itu.
lalu, tak lama kau membatin seperti itu, datanglah sosok aku disana, yang entah darimana asalnya aku bisa berada tepat di samping bahumu, bercakap sedikit, lama-lama tak terasa sudah bertahun-tahun dalam labirin itu, kita belum sama-sama keluar darisana, masih mencari jalan keluar, terkadang aku yang menuntun, terkadang kau yang terlampau jauh didepanku, tidak masalah.. karena aku hanya meyakini satu hal, disaat kau yang terlampau jauh didepanku aku tak ingin berteriak padamu untuk "menungguku" aku hanya bisa menghardik diriku sendiri yang begitu lamban.
mungkin ini terkesan begitu drama,
lalu, pertanyaanmu, "apakah aku mendekatimu hanya untuk sebuah kepentingan?"
disnilah fungsi kalimat positif dan negatif digunakan, aku membutuhkanmu karena memang untuk kepentingan, kepentingan untuk mengisi semangat dalam diriku yang begitu lemah dan dalam pikiran yang begitu kosong ini, kadang kau juga jadi sumber semangatku, kau tahukan aku pernah dikucilkan pada sekelompok manusia? disaat aku benar-benar tersudut pada kamar yang begitu gelap, aku tak henti-hentinya menyalahkan diriku sendiri, tapi aku ingat sosok kau, kau masih mau bertahan padaku saat dunia mengucilkanku, itu artinya, kalau kau yang tinggal satu-satunya ini ikut pergi bersama sekumpulan manusia lain meninggalkanku, sudah.. tandanya aku sebatang kara
sejujurnya ini yang aku khawatirkan..
saat aku begitu banyak menerima niat baikmu, semakin banyak hutang budiku padamu, semakin aku takut kau meragukan "ketulusanku", kau mau tahu jawaban dari segala keraguanmu itu?
kembalilah menjalani perjalanan ini tanpa alas kaki, seperti dulu yang kita lakukan, bukankah dulu kau tak meragukanku? tapi semenjak kau memberiku alas kaki, dan terkadang jalan kita tak sama, maka pasti akan muncul rasa dimana aku hanya memanfaatkanmu.
aku mendekatimu bukan untuk sebuah kepentingan, tapi memang kau pentingan untukku.
tak berniat untuk memaksamu menerima teoriku ini, mungkin terkesan tak empiris tapi percayalah, aku menulis bukan untuk naif
Rabu senja, saat tak sengaja berselancar pada lembar ceritamu
Komentar
Posting Komentar