Langsung ke konten utama

Tak Tertahan Rindu

Gila. Mungkin itu yang bisa ku ungkapkan pada setiap perasaan yang begitu lama tertanam dalam diri ini. bagaimana mungkin aku bisa mengagumi sosok yang selama ini tak pernah sedikitpun mengenalku? Bagaimana mungkin aku begitu nyaman dengan kondisi seperti ini? nyaman bersembunyi dibalik kisah-kisah indah yang mungkin saja kau pun tak pernah merasakannya. Bagaimana mungkin aku bisa segila ini? aku rasa memang benar, aku tak bisa menggunakan logikaku untuk membencimu walaupun begitu banyak kejadian yang membuat hatiku begitu ringkih.
Aku tak tahu, yang ingin aku tanyakan padamu, sudahkah aku sampai dipuncak rasa kagumku? Kagum yang tak pernah berharap untuk diketahui? Sudahkah aku sampai di titik tertinggi rasa sayangku? Disaat yang lainnya sibuk mencari pencitraan melalui banyak cara, aku disni hanya bisa merapal namamu berulang kali, dan bodohnya aku tak pernah memberikan sedikitpun jejakku. Aku sadar begitu bodohnya diriku, betapa rendahnya harga diriku , dan jangan bertanya padaku mengapa aku begini, karena kau takkan pernah mendapatkan jawaban, sekalipun menggunakan algoritma andalanmu. 

Aku mengerti tidak ada yang patut untuk dijadikan sesuatu untukku, aku mengerti mengapa kemegahan selalu didominasi oleh citra yang baik, aku sekarang mengerti mengapa yang banyak berbicara lebih terkenal dibanding dengan pujangga dalam diam, sekarang aku mengerti popularitas adalah jawaban dari segalanya.
Aku tak handal dalam berhitung mengenai itu semua, aku juga tak mengerti bagaimana siklus itu terjadi, yang pasti saat ini aku hanya merasa terperangkap. Hal bodoh yang kau lihat dalam diriku ini adalah berkat kecanduanku akan dirimu. Aku tak mengerti, mengapa semua terasa seperti candu yang merangkapku dalam jarring-jaring yang begitu kuat dan rapat. Aku tak menemukan cara lain selain tetap bisa bernafas dalam peranangkap itu.
Kau tahu hal bodoh apa saja yang telah aku lakukan?
Aku rela merubah waktu siang dan malamku hanya untuk menciptakan sesuatu yang bisa membuat matamu mengenalku, apa itu? Sekertas surat ajaib yang diangung-agungkan seluruh orang bodoh di negeri ini, yang selalu haus akan ilmu, yang selalu mengeluhkan kehausannya akan prestasi. Aku meraihnya, menggemnya bahkan, dengan hanya satu alasan, yaitu kamu. Kamu yang mungkin hingga saat ini masih mengernyitkan kening ketika mendengar namaku.  aku begitu bodoh , bahkan disaat aku sudah berada di posisi ini aku masih tak bisa membuat bayanganmu sirna dalam benakku.
Aku seperti mengaggumi ilusi, yang tak dapat aku lihat, yang tak dapat aku genggam, bahkan sudut matanyanya pun tak dapat aku tangkap, deru nafasnyapun tak bisa ku dengarr, aku seperti manusia bodoh dalam setiap cerita murahan. 


Bagaimana Kabarmu? Ku Tunggu senyummu dalam mimpiku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mana yang lebih nyoke?

  agaknya bingung menghadapi orang yang nge-jude kita kalau kita itu nyoke! padahal mah dia sendiri yang Raja nyoke!  oke, secara teoritis nyoke itu sama halnya seperti bawel, ngomong mulu tapi omongannya gak guna! ya begitulah.  gimana yaah... gue disuruh sabar..sabar.. seolah-olah tuh ada kata-kata yang menari-nari bertuliskan "enak gak enak telen aje!" yap gitu. dan apa gue pernah protes untuk hal itu? nggak! mau rasa yang mane hah? asin?pait?asem? gue telen semua dapet gulanya jarang-jarang doang. tapi apa gue pernah protes? sedangkan anda? sedikit masalah saja sudah nyoke kemana-mana! wajar, anda manusia dan saya juga manusia tidak luput dari kesalahan, apa bedanya? hanya derajatnya saja, anda terlalu banyak MENUNTUT!  anda tipikal orang yang PENUNTUT?! sedangkan saya? tipikal orang yang TERPAKSA NURUT. kenapa?!! gak suka dibilang PENUNTUT? iye? nyoke-in aje gue lagi dah, bukannya gitu kebiasaan anda?. anda pernah merasakan jadi saya kan? yasudah! kenapa anda ma

Jarum di tumpukan jerami

Masih, Prasangka yang anda temui saat ini bukanlah yang sebenarnya, karena pada kenyataannya sulit bukan menemukan jarum di tumpukan jerami? Ya, anda tau persis berapa ukuran dan warna jarum yang sedang anda cari pada tumpukan jerami itu, tapi mengapa masih juga sulit menemukannya? Sama seperti mencari tiap bongkahan hati yang telah Anda rusak dan kini anda menghardik saya untuk mengembalikannya utuh? Lalu anda melenggang dengan mudah dan berseru " kau pasti bisa mencari jarum itu diantara tumpukan jerami, bukankah kau sosok yang kuat?" Cih... Jerami itu sama saja seperti perkataan anda, banyak dan menumpuk di sudut ladang dan siap untuk di bakar sehingga cepat, cepat menjadi abu lalu di jual oleh kakek paruh baya sebagai bahan untuk memoles peralatan rumah tangga. Merasa di butuhkan? Ya, benar anda masih sangat dibutuhkan. Tapi apakah harganya masih mahal? Seharusnya anda sadar jarum itu takkan pernah berubah Tapi sialnya..anda membuang tepat pada tumpukan jerami itu,

Pilihan hati tak memerlukan strategi

Aku memilih tanpa strategi, hanya berpangku tangan pada keputusan hati. Terkesan tak peduli, tapi jauh di sanubari ada sebuah rasa gundah yang mengikuti Aku mencoba mengikuti jejak kaki, yang terkadang gentar saat mencoba menapaki Setiap warna yang ada pada pelangi, kadang tak sempat aku nikmati, karena begitu sibuk mencari jati diri Banyak yang mencoba menasihati, agar tak terlalu congkak diri, mau diapakan lagi, aku hanya mengikuti perkataan hati Sempat berfikir akan prestasi, yang sekian lama tak sempat aku miliki Setiap celoteh yang datang silih berganti tak pernah ku anggap sebagai belati, selalu saja ku coba untuk tak menggubris Setia pada pilihan memang sebuah prinsip, ingin mempertahankannya atau memilih untuk meninggalkan api saat telah berasap